Sementara untuk status gizi balita, Deli Gustin menambahkan bahwa hingga akhir 2025 tercatat sebanyak 47 kasus stunting, 13 kasus wasting, dan 43 kasus underweight di wilayah kerja Puskesmas Tomoni Timur. Data tersebut menjadi perhatian serius karena berkaitan langsung dengan kualitas tumbuh kembang anak.
Dalam sesi tanya jawab, Kepala Desa Kertoraharjo I Made Suarta menyoroti masih tingginya kasus gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) di wilayah Tomoni Timur. Menurut dia, kasus tersebut banyak terjadi di Desa Pattengko, Margomulyo, dan Kertoraharjo, meskipun telah ada peraturan bersama para kepala desa yang mengatur penanganan rabies.
Hal senada disampaikan Wagiran, Kepala Sekolah SDN Gunung Sari. Ia menilai peraturan kepala desa terkait penanganan rabies sebenarnya sudah dibuat, namun belum dilaksanakan secara konsisten. Akibatnya, populasi anjing tidak terkendali dan kasus gigitan hewan terus meningkat.
“Perlu kesadaran kolektif seluruh masyarakat untuk menaati peraturan ini, sehingga kasus gigitan bisa ditekan bahkan tidak ada lagi,” kata Wagiran.
Selain persoalan rabies, rapat juga membahas ibu hamil dengan kekurangan energi kronis (KEK), kasus tuberkulosis paru hingga Desember 2025, serta capaian program Cek Kesehatan Gratis (CKG). Hingga akhir Triwulan IV 2025, capaian CKG baru mencapai 4.326 orang atau 44,14 persen dari target 70 persen penduduk.
Dalam rapat itu terungkap pula bahwa Kabupaten Luwu Timur belum meraih peringkat Wistara dalam penilaian Kabupaten/Kecamatan Sehat (KKS), salah satunya dipengaruhi tingginya angka DBD serta belum optimalnya deteksi dini kasus dan partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk. (#)
