Di balik kebijakan itu, terselip ajakan moral: menjadikan pergantian tahun sebagai momentum introspeksi. Alih-alih merayakan dengan kemeriahan, warga diajak untuk menundukkan kepala, menguatkan doa, dan menumbuhkan rasa syukur.
Sebagai wujud nyata, Pemerintah Kota Makassar akan menggelar doa dan zikir bersama pada malam pergantian tahun. Kegiatan ini direncanakan menjadi ruang kebersamaan lintas warga, sekaligus simbol solidaritas kemanusiaan.
“Pergantian tahun kita isi dengan doa bersama. Kita berdoa agar Makassar dijauhkan dari bencana, dan saudara-saudara kita yang tertimpa musibah diberi kekuatan serta ketabahan,” kata Munafri.
Usai doa dan zikir bersama, masyarakat diimbau untuk kembali ke rumah masing-masing dan merayakan tahun baru secara sederhana bersama keluarga.
“Setelah itu, kita pulang ke rumah, berkumpul dengan keluarga. Tahun baru kita mulai dengan ketenangan dan harapan,” pungkasnya.
Di Makassar, malam tahun baru kali ini bukan tentang siapa yang paling meriah, melainkan siapa yang paling peduli. Sebuah pesan sunyi bahwa empati adalah perayaan paling bermakna. (Ardhy M Basir)

