Bagi Bang Maman, berbagi bacaan adalah bentuk kepedulian sosial yang paling mudah dijangkau. Tak selalu tentang uang atau fasilitas besar, tetapi tentang satu buku, satu kata, bahkan satu gagasan yang bisa menyalakan kesadaran.
“Sederhana, tapi mahal harganya,” ujarnya pelan, namun penuh makna.
Harapan serupa juga disampaikan Subagusa, Ketua BookCircle Gerakan Berbagi Bacaan. Ia melihat BookCircle bukan sekadar gerakan memindahkan buku dari satu tangan ke tangan lain, melainkan ruang perjumpaan gagasan lintas komunitas dan mahasiswa di ruang-ruang publik.
“BookCircle ingin menghadirkan bacaan yang hidup. Buku-buku yang berjalan, berpindah, dan membuka dialog. Dari sanalah empati dan kesadaran kritis tumbuh,” kata Subagusa.
Melalui kolaborasi K-Apel dan HIMJIP UNPACTI Makassar, BookCircle diharapkan terus menjelajah lebih banyak sudut kota, menyapa komunitas, dan merangkul generasi muda. Sebuah ikhtiar membumikan literasi dengan cara yang paling manusiawi: berbagi.
Karena terkadang, perubahan besar berawal dari satu buku yang berpindah tangan—dan satu hati yang tersentuh. (Ardhy M Basir)

