Pendidikan Era Industri 5.O : Tantangan Baru Untuk Para Guru

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Penulis: Naira Fazila Hazimah

Pada tahun 2024, dunia pendidikan mengalami perubahan besar di era digitalisasi. Teknologi sudah menjadi bagian yang pokok dalam kegiatan belajar-mengajar dan memberikan kemudahan sekaligus tantangan bagi para guru.

Tidak hanya menguasai bidang ilmu yang diajarkan, para guru juga harus menggunakan dan menguasai teknologi untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar.

Dunia sedang berkembang menuju era industri 5.O, dimana teknologi dan manusia seolah bekerja sama untuk menciptakan solusi yang mengutamakan keberlanjutan teknologi dan nilai-nilai manusia. Industri 5.O menghadirkan masalah baru, terutama di bidang pendidikan, berbeda dengan era 4.O yang berfokus pada digitalisasi dan otomatisasi. Sebagai pusat pembelajaran, guru harus beradaptasi dan membimbing generasi muda dalam menerapkan metode pembelajaran berbasis teknologi.

Para guru dihadapkan pada beberapa tantangan besar. Pertama, keterbatasan teknologi. Hasil survei Program for International Student Assessment (PISA) yang dilakukan pada tahun 2022, 65% guru di negara berkembang, termasuk Indonesia, belum menerima pelatihan yang cukup untuk memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran secara efektif. Kedua, pengembangan soft skills adalah masalah utama.

Selain teknologi, guru harus mampu menanamkan keterampilan emosional siswa, seperti empati, moral, dan kemampuan bekerja sama. Sayangnya, pelatihan guru di Indonesia masih berfokus pada transfer pengetahuan akademik daripada pengembangan soft skills.

Ketiga, ada perbedaan dalam akses teknologi. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 30% sekolah di Indonesia masih kekurangan akses internet yang memadai hingga saat ini. Akibatnya, guru di wilayah terpencil menghadapi tantangan untuk mengikuti metode pembelajaran yang menggunakan teknologi. Keempat, siswa sulit fokus dalam kagiatan belajar-mengajar.

Menjaga perhatian siswa dari berbagai distraksi digital juga merupakan tantangan yang berat. Siswa yang memiliki akses ke internet seringkali tergoda untuk membuka media sosial atau bermain gim selama kelas online.

Baca juga :  Berkas Dinyatakan Lengkap, Polri : Bukti Komitmen Usut Tuntas Kasus Duren Tiga

Untuk menghadapi tantangan tersebut, diperlukan langkah yang perlu dilakukan. Pertama, meningkatkan pelatihan guru. Hal ini sangatlah penting, maka dari itu Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dapat bekerja sama untuk memberikan pelatihan intensif terkait digitalisasi dan mengembangan softskill, misalnya melalui kemitraan dengan platform seperti Google for Education dan Microsoft Teams.

Kedua, pemerintah perlu mempercepat pembangunan infrastruktur teknologi di daerah-daerah tertinggal, daerah perbatasan, dan daerah terluar untuk menjamin pemerataan akses terhadap pendidikan digital.

1
2TAMPILKAN SEMUA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Identitas” Unhas Kembali Gelar Dikdas

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Penerbitan Kampus ‘identitas’ Universitas Hasanuddin, Sabtu (11/10/2025) menggelar pendidikan dasar (dikdas) bagi para reporter dan...

Nyalakan Kembali Nama Mayor Thoeng di Hati Makassar

Oleh Arjuna Asnan Amin Alumni Departemen Sejarah FIB Unhas Nama Mayor Thoeng Liong Hoei mungkin belum banyak dikenal oleh...

Akar Rumput Rayakan Kebersamaan Lewat Milad Beruntun Akhir Pekan Ini

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Komunitas Akar Rumput kembali menunjukkan kehangatan dan kekompakannya. Akhir pekan ini, kelompok yang dikenal akrab dan...

PUKAT Sulsel Desak Penegakan UU Minerba, Tambang Ilegal di Maros Ancam Warga dan Lingkungan

PEDOMANRAKYAT, MAROS – Debu merah berterbangan di sepanjang poros Moncongloe, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Truk-truk bertonase besar hilir...