PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Polemik pagu anggaran Rp6.500 per porsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG) berbuntut pada penutupan Dapur MBG Panakukang 02 oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Penutupan ini membuat sejumlah pekerja kehilangan pekerjaan dan ratusan siswa di sekolah penerima manfaat terpaksa membawa bekal sendiri dari rumah.
Mitra Badan Gizi Nasional (BGN), H.M. Arifin Gassing, menilai kebijakan pembatasan belanja Rp6.500 per anak bertolak belakang dengan arahan Presiden. “Saya juga tidak mengerti kenapa harus Rp6.500. Padahal jelas petunjuk Presiden lebih besar dari itu,” ujarnya.
Akibat penghentian operasional dapur, pekerja harian seperti Nurul Istiqomah, pencuci ompreng, merasa dirugikan. Ia tidak lagi memperoleh penghasilan sejak dapur ditutup.
Hal senada disampaikan Herlina, tim persiapan dapur. Ia mengaku bingung karena tiba-tiba kehilangan mata pencaharian tanpa kepastian kapan bisa kembali bekerja.
Salah satu juru masak juga menyayangkan penutupan mendadak itu. Ia menegaskan, para pekerja hanya menggantungkan penghasilan dari kegiatan dapur MBG.
Dampak penghentian juga dirasakan dunia pendidikan. Kepala UPT SPF SD Negeri Tamamaung 1, Basora, mengungkapkan penyaluran MBG di sekolahnya terhenti sejak ada imbauan resmi dari SPPG.
Di sekolah tersebut, jumlah penerima manfaat MBG mencapai sekitar 383 siswa. Untuk sementara, pihak sekolah meminta murid membawa bekal dari rumah.
Basora menegaskan pihaknya hanya menunggu keputusan resmi BGN. “Kalau datang kita terima, tidak datang mau bagaimana lagi. Tapi berharap ke depan lebih terarah,” ujarnya, Selasa (23/9/2025).