PEDOMANRAKYAT, TORAJA – Di balik rimbun perbukitan Mengkendek, suara masyarakat Toraja kembali menguat melalui sosok Parengnge Tongkonan Mangasi, Puang Ferdy Mangasi Andilolo. Tokoh adat yang disegani ini kepada PR.co.id menyatakan dengan tegas penolakannya atas wacana menjadikan Kecamatan Mengkendek sebagai lokasi program transmigrasi.
Keresahan itu muncul setelah beredar kabar bahwa wilayah Mengkendek masuk dalam kajian program transmigrasi pemerintah pusat. Meski Wakil Bupati Tana Toraja telah menjelaskan bahwa program tersebut masih dalam tahap kajian akademik oleh perguruan tinggi yang ditunjuk, Puang Ferdy merasa perlu menyampaikan sikap terbuka demi menjaga harmoni tanah leluhur.
Baginya, Toraja bukan sekadar wilayah administratif. Ia adalah ruang hidup yang sarat nilai. Karena itu, ia menilai program transmigrasi dari luar daerah tidak lagi tepat diterapkan, terutama mengingat keterbatasan lahan yang kini kian dirasakan warga.
“Adaptasi sosial, budaya, bahkan agama itu tidak sederhana. Tanah kita juga makin sempit. Kami tidak ingin ada masalah dan kesenjangan adat, budaya, dan kehidupan sosial,” ujarnya.
Puang Ferdy tidak menutup pintu sepenuhnya. Ia menegaskan bahwa perpindahan penduduk dalam konteks transmigrasi lokal—terutama bagi warga terdampak bencana di wilayah Toraja—dapat diterima, selama lokasinya jelas dan memiliki alas hak yang kuat.

