“Hal ini sangat membantu mereduksi banjir. Namun kondisi iklim yang memang saat ini sangat ekstrim. Bisa dibayangkan bila pemerintah tidak melakukan penanganan secara rekayasa struktur, mungkin dampak yang timbul akan luar biasa,” jelasnya.
Untuk membantu pengendalian bencana, menurut Astina, sudah selayaknya pemerintah dan masyarakat saling mendukung.
Misalnya, tidak melakukan pembukaan lahan yang tidak terkendali, memelihara prasarana drainase, tidak membuang sampah di saluran atau sungai, tidak menempati daerah sempadan sungai, tidak membangun di badan sungai dandrainase, serta memperhatikan tata ruang yang sudah ditetapkan.
Tak hanya itu, Dinas Kehutanan Sulsel pun gencar melakukan program dalam melestarikan dan merehab hutan dan DAS.
Kepala Dinas Kehutanan Sulsel, Andi Parenrengi mengatakan, pihaknya terus melakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan, seperti penanaman hutan rakyat, pembuatan dam penahan, gully plug, dan sumur resapan di beberapa daerah.
Sebelumnya Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrim di Sulawesi Selatan (Sulsel) pada 20 hingga 23 Februari 2022.
Cuaca ekstrim antara lain ditandai dengan intensitas hujan lebat dan angin kencang. Olehnya itu, masyarakat diminta untuk selalu waspada terhadap perubahan cuaca.(ril)