Unhas berterima kasih atas jasa beliau, kata Prof.Dwia, atas pengabdiannya pada Universitas Hasanuddin. Prof.Dadang adalah sosok penting bagi Unhas dalam bidang akademik.
“Selama bertahun-tahun mengenal beliau, bukan hanya pengembangan lembaga, melainkan juga hubungannya dengan para kolega. Atas nama Universitas Hasanuddin, terima kasih Prof.Dadang. Kami mengucapkan duka cita yang sangat dalam dan kiranya diberikan tempat yang layak dan terbaik di sisi Ilahi Rabbi,” kata Dwia dengan suara terputus-putus.
“Selamat Jalan Prof.Dadang… Karya-karya dan keteladan akan abadi bagi Unhas,” ucap Dwia dengan suara terputus-putus dan serak sambil mengajak yang hadir berdoa bagi almarhum.
“Mari kita lepas kepergian beliau dengan membaca Al Fatihah,” ajak Prof. Dwia yang kemudian diikuti oleh yang hadir sebagaimana yang dipantau “Pedomanrakyat.co.id” melalui zoom yang ditayangkan Kepala Humas Unhas Ishak Rahman.
Selama hidupnya, kata Sekretaris Unhas Prof.Nasaruddin Salam, almarhum pernah menjabat Ketua Jurusan IPA MIPA Unhas, Pembantu Dekan I Bidang Akademik FMIPA Unhas, Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSL) Unhas, Wakil Rektor Unhas dua periode (2006-2014), Ketua Puslitbang Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Unhas, Ketua Senat Akademik Unhas (2018-sekarang) dan Ketua Senat Akademik PTN BH se-Indonesia (2019-2020).
Prof.Dr.dr.Idrus A.Paturusi dalam sambutannya mengatakan, sebagai seorang dokter, tahu kondisi almarhum agak berat. Beberapa tahun lalu almarhum juga tiba-tiba dirawat di RS Unhas karena mendadak terserang penyakit.
“Walaupun telah diusahakan, tetapi Yang Maha Kuasa menghendaki yang lain. Akhirnya pada kesempatan ini atas nama keluarga, apabila ada sesuatu atau katakanlah utang dan semacamnya mohon dimanfaatkan. Kalau ada sangkutannya mohon disampaikan kepada kami agar almarhum tidak terbebani dalam perjalanannya. Bagi adik saya, Prof. Andi Mardiana, sudah lama sama-sama, kalau ada apa-apa kita selalu berkumpul. Saya tahu betul bahwa keduanya sangat hebat.Dan selama ini memang selalu berdua saja, walaupun ada putra-putri,” ujar Idrus Patarusi dengan suara terbata-bata.
“Satu hal yang ingin saya sampaikan,” kata Idrus Paturusi,” bahwa “selama saya mengenal sosok Prof.Dadang tidak pernah kita lihat bahwa dia itu marah. Insha Allah dengan doa kita semua dan saya mengharapkan doa para kolega agar almarhum diberikan tempat dan jalan yang terbaik”.
Setelah acara pelepasan resmi, jenazah yang sudah dimasukkan ke dalam peti disalatkan di depan RS Unhas. Peti pun dinaikkan ke ambulans diikuti sang istri almarhum, Prof.Andi Mardiana Adam beserta sepasang anak almarhum. Ambulans bergerak meninggalkan wilayah Kampus Merah sepuluh menit menjelang pukul 01.00 dinihari. Selamat jalan Prof.Dadang. (MDA)