PEDOMANRAKYAT – MAKASSAR.
Video dan Film Ambo Nai Sopir Andalan yang menggunakan akan bahasa Bugis adalah salah satu wujud pemertahanan bahasa ibu khususnya Bahasa Bugis.
Video dan film yang full berbahasa Bugis ini merupakan langkah yang dapat dijadikan upaya mempertahankan bahasa daerah di tengah-tengah pengaruh budaya luar yang makin merajalela.
Demikian pemaparan makalah Wakil Rektor II Unismuh Makassar, Dr.H.Andi Sukri Syamsuri, S.Pd, M.Hum, panggilan akrab Dr. Andis, berjudul
Pemertahanan Bahasa Ibu di Era Pandemi Covid-19, saat membawakan materi pada Webinar Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 2022, kerjasama Unismuh Makassar dengan Balai Bahasa Provinsi Sulsel, Sabtu 26 Pebruari 2022, secara daring.
Webinar ini dibuka Rektor Unismuh Makassar, Prof Dr H. Ambo Asse, M.Ag.
Pembicara utama, Prof Endang Amiruddin Azis, MA, Ph.D, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Ristek.
Pembicara lainnya, Prof Dr Ansari, M.Hum. Ketua HPBI Sulsel Direktur III PPs-UNM dan Dr. Ery Iswari, M.Hum, Kaprodi S2 Linguistik PPs-Unhas. Moderator, Drs Yani Paryono, M.Pd dan Dr.Muhammad Akhir, M.Pd.
Dijelaskan, tokoh-tokoh pada film dan video Ambo Nai, aktif di media sosial merupakan figur berani mengangkat budaya daerah Sulsel dengan sangat menarik sehingga diterima di semua kalangan.
Langkah selanjutnya pemertahanan bahasa ibu adalah dukungan untuk para figur tersebut baik dari pemerintah maupun masyarakat agar mereka lebih bersemangat menampilkan budaya daerah Sulsel untuk dilihat generasi muda, ungkap Sekretaris Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI) Sulsel ini.
Bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa asing adalah hal yang sama pentingnya dan bisa diterapkan secara beriringan tanpa ada yang mendominasi ataupun tertinggal, tegas
penulis beberapa judul buku ini.
Langkah ini menjadi cara terbaik mengenalkan karakter budaya suatu daerah, mengenalkan budaya Indonesia, dan memperlajari perkembangan dunia, ungkap mahasiswa teladan RI 1993 ini.
Masa pandemi saat ini memaksa orang beraktivitas dari rumah seharusnya dapat dijadikan momen menjaga kelestarian bahasa Ibu, dalam hal ini bahasa daerah, bagaimana tidak? Interaksi yang dulunya banyak dilakukan di luar rumah yang menuntut kita untuk menggunakan bahasa kedua atau bahkan bahasa asing kini berubah menjadi interaksi dalam ruang lingkup yang lebih kecil, yaitu keluarga.