Kerja keras panitia dan semangat antusias para pendengar, mampu memadukan 5 radio internasional dan 2 radio lokal dalam kegiatan yang berlangsung secara hybrid ini. Tamu spesial datang dari Voice Of Vietnam, Huong Tra/Melisa dan Tu Thuy, RRI Bandung diwakili Sasmita, Nata Sofia Rubianto dari Radio NBS, dan Nada Ahmad dari Radio Metrum.
Hadir juga melalui tatap muka virtual via zoom, Voice Of America diwakili Fika Rosemary dan Agus Sunarto dan Radio Taiwan Internasional yang diwakili Farini Anwar, Aditya dan Tony Thamsir. Selain itu, masih ada Indonesian Service, China Radio International bersama Li Shukun, NHK World Radio bersama Sigit Purnomo, dan stasiun radio lokal Bandung.
Dalam kata sambutannya, Kepala VOV Jakarta Huong Tra/Melisa mengatakan, pentingnya menjaga hubungan antara stasiun radio, penyiar dan pendengar.
“Siaran Indonesia VOV yang telah berdiri sejak tahun 1966 memiliki banyak pendengar setia Indonesia dan memberikan kontribusi bagi kemajuan VOV. Apalah artinya stasiun radio jika pendengar tidak ada yang memberi respon,” ujar Melisa.
Sementara itu, owner NBS Radio Nata Sofia Rubianto mengatakan terkesan sekali dengan acara TKPR ini dan tak menyangka bisa seheboh ini, padahal yang hadir hanya 30 orang. Kebersamaan pendengar sangat terasa.
Begitu pula disampaikan Nada Ahmad, pimpinan Metrum Radio menceritakan kesenangannya saat bergabung di stasiun radio sejak 2018 menjumpai pendengar fanatik dan menjalin persahabatan dengan pendengar radio luar negeri yang sangat mengesankan.
“Sebagai ‘anak bawang’ di dunia radio, saya sangat senang bisa berkenalan dan bertemu orang-orang hebat di komunitas pendengar radio. Lewat teman-teman luar biasa ini, saya dipertemukan dengan tokoh-tokoh radio, stasiun-stasiun radio internasional dan bisa menjalin kerjasama,” ucap Nada.
Nada menambahkan, sebagai generasi ramaja tahun 80-90an, radio itu sesuatu yang tidak bisa dilupakan, media yang begitu intim dan personal. “Radio itu dulu mungkin seperti medsos zaman sekarang, begitu intimate bagi saya dan teman-teman sekolah dulu di SMP dan SMA.
Rajin dengerin Oz, Ardan, Rase, dan WG. Radio itu teman belajar, tempat curhat, dan pastinya kirim-kirim salam buat teman dan juga kecengan,” paparnya mengenang masa lalu.
Mewakili Kepala Stasiun RRI Bandung, Sasmita mengatakan bahwa radio kini tidak lagi monoton menyiarkan, namun harus menciptakan inovasi untuk tetap eksis betapa radio hanya menjadi corong alternatif. “RRI kini memiliki komunitas pendengar fanatik, di antaranya adalah para santri yang bersinergi bersama RRI,” tutur Sasmita.
Ketika ditanyakan ke beberapa peserta, diketahui jika mereka memiliki harapan untuk TKPR, dimana hal ini tetap berjalan menjadi sebuah momentum kebersamaan yang selalu dikenang sepanjang masa. Memberi dukungan kepada stasiun radio yang mencintai pendengarnya.
Setelah lama tidak berjumpa, sejatinya Temu Keluarga Pendengar Radio yang ke-6 ini menjadi sarana silaturahim dan ajang kangen-kangenan anggota komunitas pendengar radio, stasiun radio, dan penyiar yang hadir dari berbagai pelosok tanah air dan luar negeri.
Rencananya estafet Temu Keluarga Pendengar Radio yang akan datang ( TKPR 7) bakal digelar di luar pulau Jawa, yakni di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia. (Rudy)