Ngembak Geni Hari Raya Nyepi, Apakah Memulai dari Api atau Mencari Air ?

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Oleh : Siswantara dan Wijana

PAGI hari, saat fajar mulai menyingsing, sehari setelah melaksanakan Catur Beratha hari raya Nyepi, bagi umat Hindu khususnya di Provinsi Bali, akan melaksanakan hari Ngembak Geni.

Geni berarti Api. Api adalah panas, dan panas ini adalah energi. Hingga disini, umat Hindu meyakini, api ini adalah simbol kekuatan yang merupakan esensi dari Dewa Brahma sebagai Pencipta, atau awal dari kehidupan.

Maka dari sini, sebagian umat Hindu di Bali, akan memulai api yang disimbolkan sebagai awal dari berjalannya kehidupan, memunculkan tradisi Nyakan Diwang.

Nyakan Diwang ini artinya memasak di luar. Di sini, umat secara bersama-sama, akan memulai melakukan aktifitas dengan memasak di pinggir jalan depan rumah masing-masing, sebagai tanda mulai berjalannya api kehidupan.

Di Bali sendiri, banyak memiliki tradisi unik yang digelar saat perayaan Ngembak Geni. Seperti diantaranya, Mabuwug Buwugan di Kedonganan, Nyakan Diwang di Buleleng, ataupun Omed Omedan di Denpasar. Ketiga tradisi tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengucapkan rasa syukur dengan keyakinan dan cara yang berlainan.

Berbeda dengan sebagian umat lagi, dimana umat akan memanfaatkan pantai sebagai sasaran Ngembak Geni. Disini, artinya umat akan mencari air dan mandi di pantai dalam kontek melakukan pembersihan diri, atau yang di Bali dikenal dengan istilah Malukat.

Jadi mana yang benar, apakah memulai dengan api di saat ngembak geni, atau mencari air ? Saat ditanyakan kepada Jro Mangku Suardana, salah seorang Pemangku di Pura Dangkayangan Rambutsiwi, ia membenarkan semua kegiatan di atas.

Menurutnya, semua kegiatan yang dilakukan itu adalah berdasar keyakinan, dan tradisi untuk menyambut datangnya hari di tahun baru saka ini.

Baca juga :  Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA, Mengenang Ayahnya, Buku ‘Bunga Rampai Sosiologi’ pada Tahun Kelahiran

Jro Mangku Suar, pria yang ternyata adalah Purna Muda Intelijen TNI, yang kini menjabat sebagai Direktur Media CNN dan Pers Nasional, juga sebagai Sabha Walaka di PHDI Kabupaten Jembrana, serta yang dikenal sebagai satu-satunya penulis Buku Tatwa Liak Hakekat Lingga Aksara di Bali ini menjelaskan, dalam keyakinan agama Hindu, api, air dan udara adalah kesatuan utama dalam ajaran Tri Murti.

"Dengan air yang telah dijadikan Tirtha, para Sulinggih akan memulai membakar atau memeralina jenazah umat. Maka api bisa menjadi sama fungsi dengan air, demikian juga sebaliknya. Inilah konteks Yadnya bagi umat Hindu. Disini, perlu penjelasan khusus untuk memahaminya," ungkap Jro Mangku Suar.

Apakah akan memulai kehidupan dari api, baru kemudian mencari air dan udara sebagai manfaat kehidupan, menurutnya ini semua benar, karena tiga unsur ini sesungguhnya adalah satu kesatuan. Semua tergantung dari diri, maka mulailah dari kepercayaan diri pribadi yang diyakini paling tepat, atau individu masing-masing.

"Om Anobadrah Kratevo Yantu Visvatah", semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru. (***)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Catatan dari Gustal (1) : Bernostalgia Sembari Berwisata Laut

Oleh M. Dahlan Abubakar SABTU (24/5/2025) saya diajak keluarga Prof. Dr. Munira Hasyim, SS, M.Hum pergi berendam di Gusung...

Obituri Jusuf Manggabarani, Menerobos Jalan Blokade Malam di Labakkang

Oleh M. Dahlan Abubakar “Innalillahi wainna ilaihi rajiuun”. Telah berpulang Komjen Pol. Drs. (Purn) Jusuf Manggabarani, Selasa (20/5/2025) di...

Hari Buku Nasional: Merawat Kata, Menyemai Makna

Oleh: DR SRI GUSTY, ST, MT (Akademisi dan Penulis) Setiap tanggal 17 Mei, Indonesia memperingati Hari Buku Nasional. Momentum...

Kisah Tercecer : Saat Pemain Denmark Terpikat Pada Penyanyi di Palu

Oleh M. Dahlan Abubakar BANYAK kisah menarik dari perbincangan dengan Ahmad Karim, orang Sulawesi Selatan pertama yang menyandang wasit...