Puisi Jaramming, Simbolisme Hidup Penyair Suparman Sopu

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Seperti kebiasaanya ketika membincangkan karya sastra, Mahrus Andis juga menelaah antologi puisi karya Suparman Sopu ini sejumlah sisi. Dia mengulas kekuatan dan kelemahan salah satu puisi dalam buku tersebut, Kutu dan Kepala.

“Dalam menyampaikan gagasan atau ideologi politiknya, penyair Suparman Sopu lebih sering memanfaatkan konvensi linguistik dibandingkan dengan konvensi sastra. Ini dapat diliat pada bait-bait puisinya yang berjudul Kutu dan Kepala,” kata Mahrus Andis.

Puisi yang ditulis Suparman Sopu di Mamuju tahun 2017 itu, dalam pengamatan Mahrus Andis, menyarankan sebuah kritik terhadap penyimpangan di dunia birokrasi.

Secara linguistik, lanjut Mahrus Andis, puisi ini enak dibaca. Ada gelitk tentang permainan proyek di dalamnya. Penyair berhasil menemukan analogi pelaku proyek dengan kutu yang menggerogoti kepala. Namun di sisi lain, larik-larik puisi ini terkesan vulgar mengusung kata-kata besar seperti; harta-harta, rencana-rencana, berkuasa, berkembang, kerja proyek, dan lembar perjanjian.

Beruntung, bait puisi tersebut diselamatkan oleh keterampilan penyair dalam menggunakan majas, berupa gaya personifikasi sehingga dapat mereduksi adanya kesan vulgar.

Rupanya, majas pengulangan kata kutu-kutu pada awal setiap larik puisinya, sengaja dilakukan oleh penyair. Efek anaphoranya, selain bertujuan menciptakan irama yang manis, juga menjadi penegasan makna satiris atas simbolisme kutu sebagai binatang penggerogot di kepala. Di mata penyair, kutu manjadi ancaman besar terhadap cara kerja sebuah kepala.

Mahrus Andis mengakui, beberapa puisi dalam buku Jaramming ini, Suparman Sopu berhasil melakukan kontemplasi yang cukup intens. Salah satu puisinya yang hampir sempurna memenuhi unsur semiotika adalah TAQ yang menunjukkan kepekaannya terhadap nilai-nilai kultural di tengah masyarakat.

“Demikianlah, Jaramming telah membawa kita berlanglang buana, menelusuri ideologi puitika dan referensi kepenyairan Suparman Sopu. Melalui semiotika, kita menemukan kekuatan dan kelemahan sang penyair di dalam meramu imajinasinya menjadi gagasan ekspresif yang berbentuk puisi,” kata Mahrus Andis. ***

1
2
TAMPILKAN SEMUA
Baca juga :  Satlantas Polres Soppeng Gelar Commander Wish
Berita sebelumnya
Berita selanjutnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Peduli Nelayan, Supriadi Arif Salurkan Bibit Rumput Laut untuk Enam Kecamatan di Wajo

PEDOMANRAKYAT, WAJO – Wakil Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, Supriadi Arif, kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi...

Pejabat Sinjai Tampil ala Chef di Lomba Masak Nasi Goreng

PEDOMANRAKYAT, SINJAI -- Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Dharma Wanita Persatuan (DWP) Ke-26, digelar lomba masak...

Longsor Tutup Akses Jalan Utama Menuju 4 Desa di Kecamatan Tabulahan, Ekonomi Warga Terancam Lumpuh

PEDOMANRAKYAT, MAMASA - Hujan deras yang mengguyur Kecamatan Tabulahan, Kabupaten Mamasa,Sulbar pada sabtu (29/11/2025) malam memicu longsor di...

HUT Reserse Polri Ke-78, Sat Reskrim Polres Maros Gelar Bakti Sosial untuk Korban Puting Beliung

PEDOMANRAKYAT, MAROS – Kasat Reskrim Polres Maros, IPTU Ridwan, S.H., M.H., memimpin langsung kegiatan bakti sosial dalam rangka...