Puisi Jaramming, Simbolisme Hidup Penyair Suparman Sopu

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR –

Forum Sastra Indonesia Timur (FOSAIT) memilih Antologi Puisi Jaramming karya Suparman Sopu, penyair dan pencipta lagu asal Mamuju Sulawesi Barat, sebagai bahan perbincangan di Kafe Baca Makassar, Jumat (18/3/2022) sore.

Forum ini menampilkan dua pembincang, Mahrus Andis (kritikus sastra) dan akademisi Dr Mardi Adi Armin. Cerpenis Anwar Nasyaruddin memoderatori lalu lintas perbincangan yang berakhir saat suara azan Magrib berkumandang dari menara Masjid Nurul Qiraah.

Ada sekitar 40-an pegiat sastra hadir dalam perbincangan yang berlangsung hampir tiga jam tersebut, seperti Yudhistira Sukatanya, Ram Prapanca, Dr Suradi Yasil, Rusdin Tompo, Idwar Anwar, Dr Fadli Andi Nasit, Maysir Yulanwar, Rahman Rumuday, dan Syahril Patakaki Daeng Nassa yang tampil membacakan sanjak Mangkasarak, Akcaramming.

Acara diawali pembacaan puisi oleh Muhammad Amir Jaya serta Dr Fadli Andi Nasit. Dilanjutkan penyerahan buku Antologi Puisi Jaramming oleh penulisnya, Suparman Sopu, kepada sejumlah audiens.

Mahrus Andis yang tampil sebagai pembincang pertama menduga, besar kemungkinan Jaramming menjadi simbolisme internalisasi hidup sang penyair atas kiprah masa lalunya sebagai guru dan pejabat fungsional di lingkungan pendidikan di Sulawesi Barat.

Lelaki kelahiran Bulukumba ini menyebut, 100 puisi yang termuat di buku setebal 184 halaman itu semuanya digarap bergaya konvensional, utuh dengan pijakan bentuk dan isi puisi.

Temanya, lanjut Mahrus Andis, bercorak kehidupan multidimensi. Ada konsep diri tentang keteguhan, kontemplasi religius, analogi kultural, dan protes nurani. Bahkan, ada pula sinisme birokrasi.

Seperti kebiasaanya ketika membincangkan karya sastra, Mahrus Andis juga menelaah antologi puisi karya Suparman Sopu ini sejumlah sisi. Dia mengulas kekuatan dan kelemahan salah satu puisi dalam buku tersebut, Kutu dan Kepala.

Baca juga :  Berkunjung ke Yonif 726/Tml, Kasad : Prajurit Hasanuddin Adalah Prajurit Satria, Berani dan Pantang Menyerah

“Dalam menyampaikan gagasan atau ideologi politiknya, penyair Suparman Sopu lebih sering memanfaatkan konvensi linguistik dibandingkan dengan konvensi sastra. Ini dapat diliat pada bait-bait puisinya yang berjudul Kutu dan Kepala,” kata Mahrus Andis.

Puisi yang ditulis Suparman Sopu di Mamuju tahun 2017 itu, dalam pengamatan Mahrus Andis, menyarankan sebuah kritik terhadap penyimpangan di dunia birokrasi.

Secara linguistik, lanjut Mahrus Andis, puisi ini enak dibaca. Ada gelitk tentang permainan proyek di dalamnya. Penyair berhasil menemukan analogi pelaku proyek dengan kutu yang menggerogoti kepala. Namun di sisi lain, larik-larik puisi ini terkesan vulgar mengusung kata-kata besar seperti; harta-harta, rencana-rencana, berkuasa, berkembang, kerja proyek, dan lembar perjanjian.

Beruntung, bait puisi tersebut diselamatkan oleh keterampilan penyair dalam menggunakan majas, berupa gaya personifikasi sehingga dapat mereduksi adanya kesan vulgar.

Rupanya, majas pengulangan kata kutu-kutu pada awal setiap larik puisinya, sengaja dilakukan oleh penyair. Efek anaphoranya, selain bertujuan menciptakan irama yang manis, juga menjadi penegasan makna satiris atas simbolisme kutu sebagai binatang penggerogot di kepala. Di mata penyair, kutu manjadi ancaman besar terhadap cara kerja sebuah kepala.

Mahrus Andis mengakui, beberapa puisi dalam buku Jaramming ini, Suparman Sopu berhasil melakukan kontemplasi yang cukup intens. Salah satu puisinya yang hampir sempurna memenuhi unsur semiotika adalah TAQ yang menunjukkan kepekaannya terhadap nilai-nilai kultural di tengah masyarakat.

“Demikianlah, Jaramming telah membawa kita berlanglang buana, menelusuri ideologi puitika dan referensi kepenyairan Suparman Sopu. Melalui semiotika, kita menemukan kekuatan dan kelemahan sang penyair di dalam meramu imajinasinya menjadi gagasan ekspresif yang berbentuk puisi,” kata Mahrus Andis. ***

Berita sebelumnya
Berita selanjutnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Polres Soppeng Panen Raya Jagung Serentak Di Padali

PEDOMANRAKYAT ,SOPPENG - Sebagai bagian dari program kegiatan panen raya jagung Polda Sulsel, Polres Soppeng menggelar panen raya...

Budaya Siri’ Jadi Senjata Moral Lawan Korupsi: Kejati Sulsel Kuliah Umum di Unismuh Makassar

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR — Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan menggelar kuliah umum bertema pemberantasan korupsi di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar,...

Memanfaatkan Tanaman Hijau di Sekolah untuk Pembelajaran dan Kesehatan

PEDOMAN RAKYAT - MAKASSAR. Guru kelas 1A SD Negeri Parinring, Hj Darmawati, S.Pd, telah mengajak murid-muridnya memanfaatkan tanaman...

Dr M Dahlan Abubakar, Sejatinya Seorang Wartawan Intelektual

Oleh: Rusdin Tompo (Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPAENA Provinsi Sulawesi Selatan, dan Mantan Jurnalis Radio) Dr M Dahlan Abubakar...