Mendengar teriakan tersebut, para penduduk kembali ingin menolong si penggembala. Ternyata mereka kembali dibohongi oleh si penggembala.
Dua kali dibohongi membuat masyarakat setempat sangat kecewa kepada si penggembala, dan merasa mereka telah dipermainkan.
Ketika masyarakat kecewa, si pengembala malah merasa bangga, karena telah mampu mengerjai dan membohongi masyarakat.
Dengan bangganya, si pengembala kembali mengembalakan hewan ternaknya di tengah padang rumput.
Tiba-tiba, beberapa ekor serigala muncul dan menerkam ternak sang penggembala. Serigala memiliki strategi berburu yang baik. Strategi tersebut adalah mengawasi, mengintimidasi, membuat mangsa kelelahan, dan akhirnya membunuh mangsanya. Serigala juga merupakan hewan sosial yang memegang teguh prinsip hirarki dan kepemimpinan.
Melihat ternaknya diterkam oleh serigala, sang penggembala berteriak histeris, “Serigala…tolong…….tolong ada serigala.”
Mendengar teriakan tersebut, penduduk setempat sudah tidak mempercayai si pengembala, dikarenakan mereka telah dibohongi sebanyak dua kali.
Akhirnya si penggembala merasa menyesal dikarenakan hewan ternaknya telah dimakan oleh serigala, dan lebih menyesal lagi dikarenakan dirinya sudah tidak dipercayai oleh masyarakat, karena ia telah membohongi mereka.
Perbuatan bohong dilarang oleh agama, namun mungkin ada juga di antara manusia suka dibohongi dan merasa bangga ketika dibohongi. Allah A’lam.
Makassar, 20 Maret 2022