Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Pernahkah anda menyaksikan film animasi anak Upin dan Ipin? Bagi saya film animasi ini sangat mendidik dan edukatif.
Salah satu kisah menarik yang diangkat dari film ini adalah cerita tentang seorang penggembala dan serigala. Dalam kisahnya, sang penggembala sedang menggembalakan kambingnya di sebuah padang rumput yang luas.
Sang penggembala menikmati harinya dengan penuh kebahagiaan. Saking bahagianya, tiba-tiba muncul dibenaknya untuk memecahkan keheningan dan kesunyian yang ia rasakan.
Munculnya di benaknya untuk mengerjai masyarakat yang tinggal di sekitar padang rumput. Sang pengembala berteriak kencang, “Tolong-tolong, ada serigala.”
Penduduk yang mendengar suara minta tolong segera berhamburan keluar rumah menuju asal suara minta tolong.
Para penduduk yang datang dan ingin menolong bertanya, “Mana serigalanya?”
Sambil tertawa, sang penggembala berkata, “Serigala tidak ada, saya hanya mengerjai kalian...he..he..he.”
Penduduk yang berdatangan dan ingin menolong merasa kesal dan kecewa kepada si penggembala, kemudian mereka pulang ke rumah masing-masing dan meninggalkan si penggembala di tempat penggembalaan.
Belum lama mereka meninggalkan si pengembala, tiba-tiba penggembala tersebut kembali berteriak, “Ada serigala toloong...tolong.”
Mendengar teriakan tersebut, para penduduk kembali ingin menolong si penggembala. Ternyata mereka kembali dibohongi oleh si penggembala.
Dua kali dibohongi membuat masyarakat setempat sangat kecewa kepada si penggembala, dan merasa mereka telah dipermainkan.
Ketika masyarakat kecewa, si pengembala malah merasa bangga, karena telah mampu mengerjai dan membohongi masyarakat.
Dengan bangganya, si pengembala kembali mengembalakan hewan ternaknya di tengah padang rumput.
Tiba-tiba, beberapa ekor serigala muncul dan menerkam ternak sang penggembala. Serigala memiliki strategi berburu yang baik. Strategi tersebut adalah mengawasi, mengintimidasi, membuat mangsa kelelahan, dan akhirnya membunuh mangsanya. Serigala juga merupakan hewan sosial yang memegang teguh prinsip hirarki dan kepemimpinan.
Melihat ternaknya diterkam oleh serigala, sang penggembala berteriak histeris, “Serigala...tolong.......tolong ada serigala.”
Mendengar teriakan tersebut, penduduk setempat sudah tidak mempercayai si pengembala, dikarenakan mereka telah dibohongi sebanyak dua kali.
Akhirnya si penggembala merasa menyesal dikarenakan hewan ternaknya telah dimakan oleh serigala, dan lebih menyesal lagi dikarenakan dirinya sudah tidak dipercayai oleh masyarakat, karena ia telah membohongi mereka.
Perbuatan bohong dilarang oleh agama, namun mungkin ada juga di antara manusia suka dibohongi dan merasa bangga ketika dibohongi. Allah A'lam.
Makassar, 20 Maret 2022