Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Ketika kita menyebut nama Iwan Fals, kita teringat dengan lagu dan liriknya yang khas. Salah satu lirik lagu yang pernah dinyayikan oleh musisi ini adalah, Tiada Tempat Bagimu Orang Jujur, Kecuali bagi Mereka yang Mujur.
Saya pribadi tidak mengerti dengan lirik lagu ini, semoga suatu saat sang musisi bisa menjelaskan lirik yang dibuat dan dinyanyikan ini.
Ketika mendengar lirik lagu tersebut, saya hanya teringat kisah Abu Nawas dan Khalifah Harun al- Rasyd.
Suatu hari Harun al- Rasyd mengundang Abu Nawas ke istana. Harun al- Rasyd mengeluh tentang kondisi masyarakat Bagdad. Saat itu, banyak masyarakat yang tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, padahal para pembantunya memberi laporan sebaliknya. Para menteri melaporkan bahwa kebutuhan masyarakat terpenuhi dengan baik. Harun al-Rasyd, merupakan salah seorang yang sangat memperhatikan nasib rakyatnya dan sangat takut kepada Allah SWT.
Mendengar keluhan sang Khalifah, Abu Nawas meminta kepada Harun al-Rasyd untuk mengumpulkan para menterinya di istana.
Pada hari yang disepakati, hadirlah para menteri di istana dengan pakaian kebesaran masing-masing. Sebelumnya, Khalifah memerintahkan pelayanan istana untuk menyiapkan pakaian terbaik untuk Abu Nawas.
Khalifah dan para menteri sudah hadir di ruang rapat, beberapa saat kemudian, salah seorang pengawal diperintahkan untuk memanggil Abu Nawas.
Awalnya, Khalifah merasa kagum dengan pakaian yang dikenakan oleh Abu Nawas, namun beberapa saat kemudian Khalifah bermuka masam, dikarenakan Abu Nawas tidak mengganti torbus yang selama ini dikenakannya dengan torbus yang telah disiapkan oleh Khalifah.
Khalifah berdiri menyambut Abu Nawas dan berkata, “Wahai Abu Nawas, kenapa anda tidak mengganti torbus tua anda dengan yang telah kami siapkan?”
Dengan senyum ramah, Abu Nawas berkata, “Wahai Yang Mulia, ini memang torbus tua, namun torbus ini bisa memperlihatkan surga yang indah bagi mereka yang jujur, ketika mereka menciumnya.”
Khalifah tidak percaya akan hal ini, kemudian Khalifah meminta salah seorang kepercayaannya untuk mencium torbus milik Abu Nawas. Setelah mencium torbus Abu Nawas, orang tersebut berkata, “Subhaanallah .......... betapa indahnya pemandangan yang ada di surge.”
Kemudian salah seorang menteri diminta untuk mencium torbus Abu Nawas. Setelah menciumnya, sang menteri berkata, “Masya Allah, betapa cantiknya para bidadari sorga.”
Seluruh menteri yang mencium torbus Abu Nawas memberi komentar yang sama, yakni melihat keindahan sorga.
Akhirnya, tiba giliran Khalifah Harun al-Rasyd, saking penasarannya, Khalifah beberapa kali mencium torbus Abu Nawas. Setelah menciumnya, Khalifah berkata, “Wahai Abu Nawas, seisi ruangan ini menyatakan melihat surga ketika mereka mencium torbus anda. Berarti mereka semua adalah orang jujur, kecuali saya.”
Abu Nawas penasaran, “Mengapa ya Khalifah?”
Khalifah berkata, “Beberapa kali saya mencium torbus anda, dan setiap kali saya menciumnya, bukannya bau wangi atau pemandangan surga yang saya rasakan, melainkan bau pesing dari keringat anda.”
Sambil tersenyum Abu Nawas berkata, “Ya Khalifah, di sini letak masalahnya. Mereka yang mengaku mencium bau wangi dan melihat bau surga dari torbus saya, adalah mereka yang hanya ingin menyenangkan dan menggembirakan anda. Mereka memberi laporan tidak sesuai dengan apa yang terjadi di masyarakat, dikarenakan mereka takut dipecat.”
Mungkinkah ini yang disebut mujur? 😁😁😁. Orang menjabat bukan karena kapasitas dan profesionalitas, tetapi berdasarkan pendekatan (penjilat?) kepada penguasa?
Tapi biarlah hal ini terjadi, hal tersebut mungkin sudah menjadi rezeki bagi mereka, semoga mereka ingat bahwasanya apa yang mereka lakukan hari ini, akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT.
Mari kita nikmati lagu Iwan Fals, agar pikiran tetap fresh...😁😁😁. Allah A'lam
Makassar, 21 Maret 2022