Rahasia Alam

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar

Suatu hari, baginda Harun al-Rasyd nampak murung dikarenakan para menteri dan beberapa orang kepercayaannya belum menemukan dua jawaban yang selama ini beliau utarakan kepada mereka.

Solusi yang dikemukakan oleh para menteri adalah, menghadirkan Abu Nawas untuk memecahkan pertanyaan yang belum ditemukan jawabannya tersebut. Pertanyaan yang dikemukakan oleh Harun al Rasyd adalah, tentang rahasia alam.

Beberapa saat kemudian, Abu Nawas hadir di hadapan Harun al Rasyd dan berkata, “Paduka yang mulia, rahasia apa yang ingin baginda ketahui, hingga orang-orang sekitar baginda belum menemukan jawaban yang diinginkan?”

Harun al Rasyd berkata, Ada dua teka-teki yang selama ini membuat saya galau dan belum menemukan jawaban yang memuaskan.”

Penasaran dengan apa yang menghantui pikiran khalifah, Abu Nawas berkata, “Bolehkah hamba mengetahui kedua teka-teki yang baginda maksud?”

Harun al Rasyd berkata, “Wahai Abu Nawas, sesungguhnya di manakah batas jagad raya ciptaan Allah SWT?”

Dengan penuh rasa percaya diri, Abu Nawas menjawab, “Di dalam pikiran manusia, wahai yang mulia. Ketahuilah yang mulia, ketidakterbatasan itu ada karena adanya keterbatasan, dan keterbatasan tersebut ditanamkam oleh Allah SWT di dalam otak manusia. Olehnya, manusia tidak akan pernah tahu di mana batas jagad raya ini. Sesuatu yang terbatas, tentu tidak akan mampu mengukur sesuatu yang tidak terbatas.”

Harun al Rasyd tersenyum dan merasa puas dengan jawaban yang dikemukakan oleh Abu Nawas, kemudian Harun al Rasyd mengemukakan pertanyaan kedua dan berkata, “Wahai Abu Nawas, manakah yang lebih banyak, bintang di langit atau ikan di laut?”

Tanpa ragu, Abu Nawas menjawab, “Ikan di laut wahai paduka.”

Baca juga :  LKS Sakura Cabang Sulsel Terima Hadiah Dinsos Sulsel

Harun al Rasyd terperanjat dengan jawaban Abu Nawas dan berkata, “Bagaimana anda bisa menyimpulkan demikian?”

Sekali lagi Abu Nawas meyakinkan Harun al Rasyd, “Wahai paduka, bukankah ikan di laut ditangkapi setiap hari oleh para nelayan dan jumlahnya tidak pernah habis, sementara bintang di langit tidak pernah rontok dan jumlahnya tetap?”

Harun al Rasyd tersenyum dengan apa yang dikemukakan oleh Abu Nawas.

Manusia adalah mahluk mulia yang diciptakan oleh Allah SWT. Semulia-mulianya dan sehebat-hebatnya manusia, mereka juga memiliki keterbatasan.

Keterbatasan inilah yang harus disadari agar manusia bisa sadar diri. Setiap hari manusia mengkonsumsi ikan dalam jumlah yang tak terbatas, namun ikan di laut tidak pernah habis, betapa luar biasanya kasih sayang Allah SWT kepada umat manusia.

Pertanyaannya kemudian, apakah manusia menyadari akan hal ini? Allah Alam

Makassar, 30 Maret 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Operasi Antik Lipu 2025, Polres Soppeng Ungkap 6 Kasus Narkoba 

PEDOMANRAKYAT , SOPPENG – Operasi Antik Lipu 2025 yang digelar Polres Soppeng dari tanggal 10 hingga 29 Juni...

Khidmat, Upacara dan Syukuran Hari Bhayangkara Ke 79 Di Soppeng 

PEDOMANRAKYAT, SOPPENG - Upacara peringatan Hari Bhayangkara ke 79 yang mengusung Thema Polri Untuk Masyarakat berlangsung penuh khidmat...

Perubahan AKSI PKA XV: Dari Proyek ke Proses, Dari Gagasan ke Dampak

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Pameran Perubahan AKSI Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA) Angkatan XV tahun 2025 resmi digelar, Selasa (01/7/2025)...

Kapolres Stephanus Luckyto : Tanpa Kepercayaan dan Kerjasama Masyarakat, Polri Tidak Berarti

PEDOMANRAKYAT, TORAJA UTARA - Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Bhayangkara ke-79 di Polres Toraja Utara Polda Sulsel...