Badui Arab

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar

Suku Badui atau Bedouin, merupakan salah satu suku yang gemar melakukan pengembaraan dari satu wilayah ke wilayah lain, sembari menggembalakan kambing. Suku Badui atau al A'rab, merupakan penduduk asli bangsa Arab.

Salah satu ulasan menarik yang pernah ditulis pada Harian Republika beberapa waktu lalu, pada masa Syarif Husin memerintah, jalan antara Makkah dan Madinah tidaklah aman karena selalu ada serangan dari orang Badui.

Menurut masyarakat kota yang telah maju, perbuatan yang dilakukan suku Badui, merupakan tindak kriminal, tetapi bagi orang Badui, hal tersebut merupakan mata pencaharian mereka.

Menurut Gustav le Bon, dalam buku "Tarikh Tamaddun Arab", perampasan yang dilakukan kaum Badui terhadap kabilah yang melintas, tidak ubahnya seperti serangan bangsa Eropa ke negeri yang ditaklukan, tujuannya untuk mengambil hasil. Namun, ada perbedaan di antara keduanya. Kaum Badui, menyerang Bangsa yang telah maju, sementara bangsa Eropa menyerang bangsa yang masih terbelakang (Badui).

Namun, ada hal menarik lainnya dari kaum Badui Arab. Konon, salah seorang Badui tinggal bersama salah seorang pakar hadist, Sufyan bin Uyainah. Sebelum pulang kampung, Uyainah bertanya kepada si Badui, “Ya A'rab, di antara hadis yang telah engkau pelajari, hadis manakah yang paling engkau sukai?”

Dengan percaya diri, si Badui menjawab, “Di antara hadis yang kupelajari, setidaknya ada tiga hadis yang paling kusenangi.”

Pertama, hadis yang berasal dari A'isyah RA, dari Rasulullah SAW bahwasanya beliau menyukai manisan dan madu. Kedua, jika makan malam telah dihidangkan, dan pada saat yang sama azan salat Isya berkumandang, maka hendaklah kalian, menyantap makan malam terlebih dahulu.

Baca juga :  Penulis Artikel Opini Harus Berani dan Percaya Diri

Ketiga, hadis A'isyah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, bukan termasuk kebaikan, ketika seseorang yang melakukan perjalanan dan tidak membatalkan puasanya.

Zaman boleh berubah, teknologi boleh maju, namun apakah cara berfikir dan bertindak juga berubah? Allah A'lam.

Makassar, 02 April 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Prof. Dr. Hj. Darmawati H, S.Ag, M.HI Medsos Sering Dianggap Sarana Perselingkuhan

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Telepon pintar (“smartphone) dan internet memudahkan hubungan kapan dan di mana saja. Namun di balik...

Prof. Dr. Abdullah Abd.Thalib, S.Ag, M.Ag Tauhid Jadi Kerangka Pandangan Hidup

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Dalam pendekatan filsafat dan tasawuf, tauhid tidak berhenti pada pengakuan verbal atau pemahaman dogmatis, tetapi...

Berbaur dengan Warga, Wabup Sinjai Saksikan Laga Sepak Bola di Lapangan Gelora Massa

PEDOMANRAKYAT, SINJAI -- Usai membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Kabupaten Sinjai, Wakil Bupati Sinjai Andi...

Sinjai Terima Sertifikat Bebas Frambusia dari Kemenkes RI

PEDOMANRAKYAT, SINJAI -- Sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap kesehatan di Kabupaten Sinjai, Bupati Dra.Hj. Ratnawati Arif kembali...