Dan bagi penyair, rupanya inilah ekspresi manajerial seorang pemimpin yang bertangan besi. Pengendali hukum begitu merdeka mengetukkan palu kekuasaannya, seperti yang terbaca di bait terakhir puisinya ini:
“begitulah hukum besi kekuasaan/
loyalitas adalah harga yang tak boleh ditawar/
siapa mengabdi siapa menjadi apa :
orang baik tak selalu bernasib baik.”
(KsS, Judul: Lurah Baik Tak Bernasib Baik, 2018, hal. 3-4)
Bulukumba, 2022