Isi surat tersebut kurang lebih, “Sesungguhnya mereka yang tidak berharap untuk bertemu dengan Kami (hari akhir), dan ridha dengan kehidupan duniawi, serta bangga (menganggap abadi) kehidupan duniawi, serta lalai dengan ajaran alquran, bagi mereka adalah suatu kerugian yang besar.”
Akhlak bagi seseorang sangat penting, namun agama juga tidak kalah pentingnya dalam kehidupan sehari-hari. Tidak dimungkiri, ada di antara kita yang berpuasa, terkadang belum mampu melaksanakan puasa secara hakiki. Di antaranya, mungkin kita belum mampu untuk tidak berbohong.
Ketika kita belum mampu untuk tidak berbohong, setidaknya nilai ibadah puasa kita akan berkurang sedikit. Hanya saja, ketika orang berakhlak yang tidak beragama, apakah dia juga masih memikirkan akibat perbuatannya, ketika perbuatannya itu menyinggung orang lain?
Tiba- tiba saya membaca tulisan maha Guru Prof Dr H Ahmad M Sewang, “Siapa menabur angin akan menuai badai.”
Saya kira kata-kata seperti ini sudah banyak diajarkan dan diingatkan dalam alquran.
Semoga kita menjadi orang bijak dalam menjalankan aktivitas keseharian kita. Teringat kata-kata Ghibran, “Keep me away from the wisdom which does not cry, the philosophy which does not laugh and the greatness which does not bow before children.”
Bukankah ketika kita beragama dengan baik sudah termasuk berakhlak dan bermoral baik? Allah A’lam.
Makassar, 12 April 2022