Mendengar hal tersebut, Maryam menjadi sangat masygul: bagaimana mungkin, seorang perawan yang masih suci, bisa melahirkan seorang anak? Malaikat menjawab; hal tersebut merupakan kehendak Allah SWT. Jika Allah SWT berkata, “Jadilah”, maka hal tersebut pasti terjadi QS Ali Imran/3:35-36.
Maka Isa al Masih atau Yesus Kristus (dari terjemah Yunaninya) pun disebut “Sabda Allah” karenanya merupakan wujud sabda-Nya, “Jadilah!” tersebut, yang lahir tanpa ayah, dari Maryam yang suci, seorang manusia yang kemudian diutus oleh Allah SWT sebagai Nabi.
Tapi bangsanya sendiri, kaum Yahudi, banyak yang menuduh Maryam dengan tuduhan tidak senonoh QS al Nisa/4:156, dan menyebut Isa sebagai anak haram. Sayang sekali tuduhan serupa juga tersirat dalam pandangan sebagian kalangan teolog Kristen liberal Amerika.
Memang sama dengan kaum Muslim, mereka berpendapat Isa al-Masih adalah manusia biasa, bukan Tuhan, dan Isa menggambarkan akan datangnya juru selamat yang sebenarnya, yang bukan dirinya sendiri. Namun mereka juga mengatakan bahwa Isa al-Masih, sebelum meninggal sempat diberitahu ibunya tentang siapa sebenarnya ayahnya (Naudzu billah min zaalik).
Alquran tidak membenarkan pandangan tersebut. Secara proporsional, Isa al-Masih adalah Nabi, manusia suci, Sabda Allah, lahir tanpa ayah dari Maryam yang suci, terhormat di dunia dan di akhirat. Kita semua wajib beriman kepadanya.
Tulisan ini diadopsi dari tulisan salah seorang Guru Bangsa, Prof Dr Nurcholis Majid (Allahummagfir lahu). Allah A’lam
Makassar, 15 April 2022