Perkawinan memerlukan adanya kesadaran tentang kehadiran Tuhan dalam hidup umat manusia. Kehadiran Allah SWT akan membimbing manusia ke jalan yang lurus, jalan kebahagiaan sejati dan abadi. Perkawinan menuntut kita untuk jujur pada diri sendiri, kepada jodoh kita masing-masing, dan kepada Allah SWT, QS al-Ahzab; 33: 70-71.
Jujur kepada diri sendiri, jujur kepada pasangan hidup, dan jujur kepada Allah SWT. Ikhlas, tulus, dan murni. Jujur kepada pasangan hidup, karena pasangan hidup adalah “pakaian”, dan suami isteri adalah pakaian satu untuk lainnya, QS al-Baqarah/2: 187.
Sebagai pakaian satu untuk lainnya, suami dan isteri memerlukan sikap saling membantu, saling mendukung, saling melindungi, dan saling mencocoki sebagaimana pakaian mencocoki tubuh.
Tujuan kita berpakaian adalah sekaligus untuk perhiasan dan perlindungan badan. Sebagai perhiasan, suami atau isteri saling menunjukkan rasa santun, cinta mencintai, dan memperlihatkan kebahagiaan; dan sebagai perlindungan, masing-masing suami-isteri berkewajiban saling menjaga nama, kehormatan dan hak-hak pribadinya.
Dikutip dari tulisan almarhum Cak Nur, Allahummagfir lahu. Allah A’lam.***
Makassar, 18 April 2022