Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Dalam QS al-Hijr:26, Allah SWT menjelaskan, manusia diciptakan dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dari tanah liat yang busuk (Adam), kemudian Hawa diciptakan, dari keduanya Allah SWT memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Manusia diperintahkan oleh Allah SWT untuk senantiasa menjaga tali silaturahmi, namun yang terjadi sebaliknya. Manusia tidak mampu menjaga ni’mat Allah SWT sebagai khalifah. Yang terjadi justeru permusuhan dan saling bunuh di antara mereka.
Ketika Allah SWT ingin menciptakan manusia, malaikat memprotes dan menolak rencana Allah SWT tersebut, karena malaikat telah menyaksikan kebiadaban dan kebengisan manusia yang senantiasa bermusuhan dan gemar menumpahkan darah sesama mereka.
Penolakan yang dilakukan oleh malaikat tidak berlangsung lama setelah mengetahui bahwa khalifah yang akan diciptakan adalah Adam, seorang yang cerdas dengan budaya yang cukup maju.
Malaikat memberi hormat kepada Adam, kecuali iblis yang menolak memberi hormat kepada Adam, dengan argumen, mereka adalah makhluk yang lebih baik daripada Adam. Iblis diciptakan dari api, sementara Adam berasal dari tanah yang hina.
Sebelumnya, Allah SWT mengajari Adam dan Hawa nama-nama benda yang tidak diajarkan kepada selain Adam. Nama-nama benda tersebut ketika ditanyakan kepada selain Adam dan Hawa, mereka semua menyatakan tidak tahu dan tidak memiliki ilmu pengetahuan, selain yang telah diajarkan oleh Allah SWT kepada mereka.
Adam dan Hawa diberi tempat tinggal berupa taman indah dan ditumbuhi oleh berbagai macam tanaman, juga buah-buahan. Allah SWT memerintahkan Adam dan Hawa menikmati segala fasilitas yang ada, dengan pengecualian, mereka tidak mendekati sebuah pohon, yakni pohon khuldi.
Iblis yang telah diusir oleh Allah SWT dari surga menaruh dendam kepada Adam dan Hawa. Iblis berjanji untuk menjerumuskan mereka berdua ke jalan yang dilarang oleh Allah SWT.
Untuk mencegah agar Adam dan Hawa tidak tunduk kepada godaan iblis, mereka diberi kelebihan akal dan dukungan kekuatan wahyu dari Allah SWT untuk menolak segala bujuk rayu iblis.
Iblis tidak menyerah, mereka memperhatikan secara cermat berbagai celah yang dapat dimasuki untuk menggoda manusia. Sekian lama mencari kelemahan manusia, iblis lalu tersenyum setelah mengetaui celah yang dapat dimasuki untuk mengoda manusia, celah tersebut adalah hawa nafsu.
Dari arah tersebut, iblis mengoda manusia. Iblis ibarat kekuatan gaib berupa kegelapan, sementara akal dengan bimbingan wahyu adalah sesuatu yang terang. Sebuah tempat yang tidak diterangi, pasti mengalami kegelapan. Suatu hal yang mustahil jika gelap dan terang menyatu pada waktu yang sama dan dalam tempat yang sama pula.
Setelah mengetahui kelemahan manusia, iblis mendatangi Adam dan merayunya untuk mendekati sebuah pohon yang dilarang oleh Allah SWT untuk didekati. Rayuan iblis kepada Adam, tidak berhasil, dikarenakan ia lebih takut kepada Allah SWT dibanding menuruti keinginan iblis yang dilaknat oleh Allsh SWT.
Gagal merayu Adam, iblis kembali tersenyum. Kali ini, iblis yakin Adam tidak akan mampu menolak permintaan isterinya, Hawa. Lalu iblis merayu Hawa agar meminta kepada Adam untuk mendekati buah khuldi.
Awalnya, Hawa menolak, namun iblis meyakinkan kepada Hawa apakah Adam mencintaintai atau tidak. Jika Adam mencintainya, berarti Adam akan menuruti seluruh permintaan isterinya.
Hawa tidak mampu menahan bujuk rayu iblis, ia lalu menghampiri suaminya sambil merengek, disertai isak-tangis yang luar biasa, agar suaminya sudi memetik buah khuldi untuk dirinya.
Hati Adam luluh oleh isak tangis sang isteri. Untuk menunjukkan bukti cintanya kepada Hawa, Adam berani melanggar perintah Allah SWT dengan memetik buah khuldi.
Adam tergelincir dan jatuh karena nafsu syahwat. Pakaian yang dikenakan terlepas, hingga nampak aurat mereka. Akibat melanggar perintah Allah SWT, Adam dan Hawa diusir dari taman yang indah, tempat tinggal yang selama ini mereka nikmati.
Betapa pahitnya akibat suatu perbuatan, ketika manusia melanggar perintah Allah SWT. Allah A’lam. ***