“Kak Yudhi sekarang “tidak ambisi” lagi seperti dulu,” sambung Abdi Bashit mencontohkan ketika membuat cerpen, hanya ditujukan kepada D, W, E dst, dia tidak mampu mengungkapkan kata-katanya dengan lisan, dia lebih suka mengungkapkan lewat tulisan.
“Justru tulisan beliau, sering saya pakai untuk orang lain (secara lisan),” kata Cucut disambut tawa oleh teman-teman yang mendengarkan.
Baghawan Ciptoning sebagai penari, dikenal sebagai koreografer dan pembuat festival menjadi penanggap ketiga. Sebelumnya dia tinggal di luar negeri yang dia istilahkan TKI (tenaga kerja Indonesia), lalu balik ke Jawa dan ke Makassar karena memperistrikan Dr. Nurlina Syahrir (Dosen Unm – Koreografer).
Sebelumnya dia tidak mengenal Yudhistira Sukatanya. Ketika di rumah Bu Lina, dia melihat sebuah novel masih terbungkus plastik di rak. Dia lihat judulnya Noni Societeit De Harmonie di tulis Yudhistira Sukatanya.
“Novel itu menjadi penyambut kedantangan saya di Makassar,” kata Mas Ciptoning begitu awak media memanggilnya. Seraya menambahkan, saya mengagumi Societeit karena ada hubungan emosional saya di Jogya.
Menyinggung Cerpen Nyanyian Sunyi, katanya kak Yudhi itu bukan sastrawan lagi tapi sosiolog seperti cerpen pertama percakapan sunyi dalam kumpulan cerpen nyanyian sunyi dan karya-karya lainnya yang ada dalam buku itu.
“Lapakkss bisa menjadi jembatan untuk karya-karya sastra lainnya, utamanya agar karya-karya sastra ini dapat mentransmisikan ke generasi muda,” harap Ciptoning.
Sebagai selingan pembacaan puisi yang di bawakan Ahmadi Haruna yang kini intens di Youtube membacakan puisi-puisi. Pada halaman 90 paragraf pertama dalam cerpen Puisi Yang Terindah, seperti kutipan di bawa ini.
“Ya Tuhan ……
Malu rasanya lidahku menyebut namaMu
Lidah yang tak pernah fasih menyapaMu
Demikian pula hatiku yang terlanjur membatu
Hati yang Zhulhami
Tak punya kelenturan seinci pun untuk ruku’ dan sujud
Di hadapan duli kebesaranMu
Terdengar aplaus usai Ahmadi Haruna membacakan puisi. Sang moderator Ajiep Padindang mengambil alih perannya. Sesekali melihat jam, ternyata kata Anggota Komite IV DPD RI masih ada tersisa 15 menit sebelum berbuka puasa.
Kini giliran aktor pemeran Petta Puang – Abd. Rojak, yang giat membuat konten petta puang ke media digital. Rojak – Petta Puang, mengatakan beberapa karyanya pernah dia baca seperti titik api, dan dia kagum kepada beliau sebagai penulis.
Acara dialog ramadhan dan buka bersama “Membedah Karya Sastra Yudhistira sukatanya di tutup dengan pembacaan doa oleh Amir Jaya. (*)