Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Setiap menjelang Ramadan, umat Islam di seluruh dunia antusias dan sangat bergembira menyambut bulan yang penuh kemuliaan tersebut. Dengan wajah berseri-seri, setiap Muslim mengucapkan, Marhaban Ya Ramadan. Bahkan tulisan tentang ucapan selamat datang tersebut terpajang di hampir setiap sudut jalan protokol di negara berpenduduk mayoritas Muslim ini.
Agaknya, menurut Agus Mustafa, kegembiraan tersebut disebabkan oleh pengetahuan mereka bahwa Ramadan adalah bulan yang banyak membawa berkah dan manfaat buat kehidupan manusia. Manfaat dan berkah yang tidak didapatkan di luar bulan suci Ramadn.
Setidaknya ada empat manfaat yang diperoleh umat Islam selama bulan suci Ramadan. Yaitu, manfaat yang bersifat lahiriah berupa kesehatan, dan ketajaman serta kejernihan berfikir. Manfaat kebatinan yang bersifat meneguhkan keyakinan dan pengendalian diri dalam mengarungi kehidupan.
Ada pula manfaat sosial, yang berfungsi membangun kembali sendi-sendi kehidupan sosial agar diperoleh format kehidupan kolektif yang adil dan sejahtera. Serta manfaat spiritual berkaitan dengan kedekatan kepada Allah SWT. Sang Pencipta, sebagai puncak dan tujuan hidup setiap Muslimin dan Muslimat.
Pada bulan suci Ramadan, pengajian diselenggarakan di berbagai tempat, baik di lingkungan kantor maupun maupun hotel-hotel berbintang. Tak ketinggalan, acara televisi dan radio juga menyajikan siaran dan bimbingan keagamaan secara optimal. Itu semua telah berlangsung belasan dan puluhan tahun, tulis Qomaruddin Hidayat.
Tetapi, lanjut Qomaruddin, mengapa berbagai ajaran luhur dan norma-norma keagamaan yang agung dan mulia tidak tercermin dalam perilaku politik, ekonomi, dan etika sosial sehari-hari yang pada gilirannya membuat kita terjerembab dalam krisis sosial yang sangat memalukan dan memilukan ini?
Hal seperti perlu kita renungkan di bulan Ramadan, seraya mempersiapkan diri mengikuti upacara hari lahirnya kembali diri kita ke fitra, bagai seorang anak yang dilahirkan tanpa noda dosa sama sekali.
Kita pantas bertanya pada diri sendiri, cukup berhasilkah, cukup kuatkah, dan cukup mampukah kita merealisasikan berbagai manfaat yang didapatkan di bulan suci Ramadan ini sebagai modal kehidupan sosial di sebelas bulan yang akan datang, yang penuh tantangan dan menyiratkan sedikit banyak keraguan dan kegalauan. Allah A'lam. ***
Makassar, 30 April 2022
Alhamdulillah