Selamat Tinggal Manado , Terkesan Keramahan Warga

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Sungguh tidak pernah terbersit dalam hati, tidak juga menjadi angan- angan untuk tinggal di Manado lebih dari 1,5 bulan. Apalagi di bulan Ramadan yang mubarak ini. Terhitung tanggal 19 Maret tiba di Kota Doa ini dan balik 5 Mei.

[caption id="attachment_12657" align="alignnone" width="283"] INDAHNYA PEMANDANGAN. Jembatan Soekarno Hatta di kawasan Pantai Manado. (pedomanrakyat.co.id)[/caption]

"Kalau begitu kenapa harus ke Manado ?" bertanya salah seorang jamaah Sabilul Muhtadin di Paal Dua Manado.

"Anak perempuan saya satu- satunya dari 5 bersaudara, sedang hamil tua. Dokter perkirakan melahirkan 20-an ke atas," jawabku.

Cucuku ternyata baru lahir 1 Ramadan.  Alhamdulillah. Maka tinggallah kami menemani, sampai opa dan omanya (besan) saya, datang menggantikan.

Tapi saya tidak menyesal, Manado terlalu indah untuk disesali. Penduduknya yang ramah dan aneka kulinernya yang mengundang selera, serta toleransi tinggi masyarakatnya, hanya bagian kecil dari banyak daya tarik yang ada di kota itu.

Oleh karena bertepatan dengan bulan Ramadan, kesan dan pesan ini lebih banyak soal ibadah itu. Begitulah, dari sisi spritual sungguh amat bermakna tinggal di Manado selama 48 hari. Untuk pertama kali dalam hidup, tarawih di 13 masjid yang tersebar di berbagai kecamatan di Manado.

Ada sepeda motor di rumah anak, kendaraan itulah yang saya pakai berkeliling menemukan masjid. Untuk pertama kali pula, tampil memberi kultum sampai 7 kali. Kalau saja saya tidak berkelana ke berbagai madjid mungkin saya isi kultum di Masjid Sabilul Muhtadin bisa sampai 20 kali.

Di Masjid KH Arsyad Thawil saya mendengar shalat "wada" yang bermakna shalat perpisahan dengan Ramadhan. "Sebagai bulan mulia, tidak boleh dilepas begitu saja. Harus ada perpisahan resmi," tutur Imran sang imam.

Baca juga :  DPD Inakor Minahasa Resmi Daftarkan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik ke Komisi Informasi Provinsi Sulut

Menurut dia, sebagian besar jamaah adalah penganut tariqat Naqsabandiah, namun dari kalangan keturunanan Nabi, para habaib menganut tariqat Alawiyah. Mereka inilah yang memprakarsai salat perpisahan itu.

Di masjid yang mengambil nama pahlawan nasional dari Banten itu, saya mengikuti zikir, doa, shalawat dan wiridan yang begitu panjang menyambut tarawih dan sesudahnya. Saya masih ingat bagaimana " Asmaul Husna" melantun dari imam yang diikuti para jamaah secara khusu' ataupun puji- pujian kepada Allah dan rasulnya. Dan banyak lagi kalimah tayyibah lainnya.

Saya juga menemukan masjid yang selalu penuh jamaah pada shalat lima waktu. Masjid Nurul Huda di Kelurahan Ketang Baru Kec. Keling. Di luar Ramadan pun jamaah tetap penuh.

Berbeda sekali dengan Masjid Raya Ahmad Yani Manado, sampai hari ketiga lebaran Rabu malam tadi, jamaah berkurang drastis. " sebagian besar mudik," tutur pak imam.

Sungguh banyak pengalaman yang menarik, termasuk mencari keluarga di hari lebaran. Mencari Abd. Rahim keluarga Barru tidak susah ditemukan karena tokoh terkenal dilingkungannya. Istrinya, Hj. Sarce Mokoginta adalah

Ketua Muslimat NU Sulawesi Utara dan H. Rahim sendiri Pengurus NU Kota Manado.

Paling sedikit ada empat masjid yang sudah dibangunnya di wilayah Teling. Pada hari kedua lebaran, ketika kami ke Bitung mencari Muin yang berasal dari Poddo, tidak bersua karena alamat tidak jelas.

Padahal saya ingin membanggakan kepada istri bahwa saya juga ada kekuarga lo di Manado Bitung.

Selamat tinggal Manado. Banyak kenangan dan banyak pula yang bisa ditulis di kemudian hari.
Demikian kontributor Pedomanrakyat.co.id, H Yasmin Tendan Melaporkan dari Manado. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

HUT ke-80 TNI, Kodam XIII/Merdeka Gelar Doa Lintas Agama untuk Kejayaan Bangsa

PEDOMANRAKYAT, MANADO – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Tentara Nasional Indonesia (TNI) tahun 2025, Kodam...

Ratusan Umat Kristiani Hadiri Ibadah Minggu di GMIM Ebenhaezer Woloan II, Pnt. Alfred : Berbahagialah Bangsa yang Allah-Nya Ialah Tuhan

PEDOMANRAKYAT, TOMOHON - Sekitar kurang lebih 350 orang umat Kristiani yang berdomisili di Desa Woloan II, Kecamatan Tomohon...

Keluarga Besar Wehantouw Gelar Pertemuan di Woloan II, Rencanakan Reuni Akbar yang Bakal Dihadiri Lintas Generasi dari Berbagai Kota

PEDOMANRAKYAT, TOMOHON - Keluarga besar marga Wehantouw yang berdomisili di wilayah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) serta beberapa lainnya...

Semaraknya Ibadah Minggu di GMIM Bukit Sinai Woloan, Dihadiri Ratusan Jemaatnya dan Puji-pujian Bergema dari Anak Sekolah Minggu, Remaja dan Dewasa

PEDOMANRAKYAT, TOMOHON - Ratusan umat Kristiani warga Kelurahan Woloan III, Kecamatan Tomohon Barat, Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara...