Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Allah SWT berfirman dalam QS al- An'am/6:159, “Sesungguhnya mereka yang memecah belah agama mereka, kemudian mereka terbagi ke beberapa golongan, engkau (Muhammad) tidak sedikit pun termasuk ke dalam salah satu dari kelompok mereka ....”
Menurut beberapa mufassir, ayat ini ditujukan kepada penganut agama terdahulu yang menyimpang dari ajaran Ibrahim AS yang hanif (alami, wajar dan lurus, tanpa golonganisme). Karena penyimpangan tersebut, mereka terpecah ke dalam berbagai kelompok yang saling tidak mengakui keabsahan masing-masing.
Firman Allah SWT di atas sebelumnya didahului oleh QS al-An'am:153, terjemahannya kurang lebih, “Dan sesungguhnya inilah jalan-Ku, yang lurus, maka ikutilah olehmu jalan tersebut. Dan janganlah kamu mengikuti berbagai jalan (yang lain), sebab kamu akan mengalami perpisahan dari jalan-Nya.”
Demikianlah Dia (Allah SWT) berpesan kepadamu semua, semoga kamu bertaqwa. Muhammad Asad dalam tafsirnya mengatakan, ayat 159 dan 153 dari QS al-An'am, memiliki hubungan satu dengan lainnya. Kedua ayat tersebut juga mengingatkan bahwa perpecahan itu sesungguhnya juga ditujukan kepada kaum beriman (umat Islam) sendiri.
Dengan kata lain, ayat di atas mengingatkan akan kutukan kepada semua bentuk sektarianisme yang muncul akibat sikap tidak toleran manusia, klaim-klaim sebagai satu-satunya kelompok yang paling benar, tentang ajaran agama dan yang saling mengingkari. Oleh karena itu, al-Thabari menyatakan ayat tentang perpecahan ditunjukkan untuk umat Islam.
Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW disebutkan bahwasanya umat Islam akan terbagi menjadi 73 golongan. Semua golongan akan celaka, kecuali satu, yakni golongan Ahl al-Sunnah wa al Jama'ah.
Sebetulnya hadis ini masih ada yang mempersoalkan. Misalnya Imam al-Ghazali dalam kitabnya Fayshal al-Thariqoh bain al-Imam wa al-Zandaqah menyebutkan adanya versi lain hadis tersebut. Yaitu yang menyatakan bahwa semua golongan umat Islam yang 73 golongan itu akan selamat, kecuali satu golongan saja yang akan celaka.
Meskipun hadis kedua ini tidak sepopuler versi pertama, namun tentu cukup menarik. Kedua versi tersebut, sesungguhnya dapat dipahami tanpa kontradiksi. Apalagi disebutkan bahwa golongan yang selamat itu adalah golongan Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah.
Etos jama'ah yang dimaksud adalah sebagaimana yang dianut oleh Abd Allah ibn Umar, Umar ibn al-Aziz, dan Khalifah Harun al -Rasyd, yakni inklusivisme, yaitu semangat persatuan dan persaudaraan yang meliputi seluruh umat Islam.
Oleh karena itu, etos jama'ah berlawanan dengan eksklusivisme sektarianis, yang hanya mengakui golongannya sendiri paling benar dan lainnya salah. Eksklusivisme pasti membawa perpecahan.
Etos jama'ah itu sesungguhnya dasar Ukhuwah Islamiyah, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS al-Hujurat/49:11, “Wahai sekalian orang beriman! Janganlah suatu golongan menghina golongan (lain), jangan-jangan mereka (yang dihina) itu lebih baik daripada mereka (yang menghina).
Terinspirasi oleh karya yang pernah ditulis oleh Allahummagfir lahu Prof. Dr. Nurcholish Madjid. Allah A'lam. ***
Makassar, 16 Mei 2022