Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Ketika Sunan Ampel menelusuri suatu tempat yang baru pertama kali ia kunjungi, Dia terkejut dengan kelakuan seorang pertapa yang sedang melakukan meditasi di sekitar danau.
Sang pertapa berupaya menyeberangi danau menggunakan ilmu sakti yang baru saja ia pelajari. Dia berupaya sekuat tenaga berjalan di atas air menggunakan kesaktiannya. Beberapa kali sang pertapa berupaya berjalan di atas air, selalu saja gagal. Namun sang pertapa tidak pernah menyerah dan berkecil hati. Setiap kali gagal, ia berenang ke tepian dan mencoba untuk kembali berjalan di atas air.
Sunan Ampel hanya memperhatikan dari kejauhan dan tidak menghiraukannya. Beberapa saat kemudian, ketika sang pertapa sudah sangat kelelahan, Sunan Ampel bergegas menghampiri Sang pertapa yang terbaring kelelahan.
Sunan Ampel segera mendudukkan dan menyandarkan punggungnya pada sebatang pohon, lalu sang pertapa dibantu pernapasan buatan agar kesehatannya segera pulih kembali.
Lucunya, baru beberapa saat siuman, sang pertapa segera berdiri kembali untuk melakukan perbuatan seperti yang dilakukan sebelumnya. Berupaya berjalan di atas air hingga lupa berterima kasih kepada orang yang telah menolongnya.
Sebelum sang pertapa melakukan keinginannya, Sunan Ampel memberanikan diri bertanya kepada sang pertapa, “Mohon maaf ki sanak, izinkan saya bertanya.”
Sang pertapa menjawab, “Silahkan, asal tidak terlalu lama.”
“Sesungguhnya apa yang ingin tuan capai. Sudah beberapa kali, tuan ingin mrnyeberangi danau, namun selalu saja tenggelam,” tanya Sunan Ampel.
Sang pertapa menjawab, “Aku sudah empat puluh tahun melakukan pekerjaan ini. Dahulu aku tidak bisa mengapung sedikit pun di atas air. Setelah berlatih, akhirnya aku bisa berjalan beberapa inci. Sekarang anda lihat sendiri, walaupun belum bisa tiba ke seberang sana, aku telah berhasil berjalan di atas air hingga sepertiga lebar danau. Mungkin dua puluh tahun kemudian aku sudah bisa menyeberangi danau ini.”
Sunan Ampel minimpali, “Ki sanak, bukankah hal tersebut merupakan pekerjaan sia-sia? Empat puluh tahun baru bisa menempuh sepertiga danau. Saya akan dapat menyeberangi hanya dalam berusaha setengah jam saja.”
“Aku tidak percaya,” kata si pertapa.
“Apa tuan ingin bukti?” kata Sunan Ampel.
“Buktikan sekarang juga,” kata sang pertapa.
“Baik, silahkan tuan tunggu di tempat ini. Saya akan kembali setengah jam kemudian. Saya akan menyeberangi danau ini sambil berdiri dengan kedua kaki saya,” kata Sunan Ampel meyakinkan.
Setengah jam kemudian Sunan Ampel telah berdiri dengan kedua kakinya di atas air menggunakan rakit yang baru saja dipinjamnya dari salah seorang nelayan setempat.
Sang pertapa telah menghabiskan waktu selama empat puluh tahun untuk dapat menyeberangi danau, sementara Sunan Ampel hanya butuh waktu setengah jam untuk dapat menyeberanginya.
Agama Islam mengajak ummatnya untuk tidak melakukan pekerjaan sia-sia, yang tidak bermanfaat bagi diri sendiri dan juga bagi orang lain. Allah A'lam. ***
Makassar, 03 Juni 2022