Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Suatu hari, Ali ibn Abi Thalib mengunjungi salah seorang sahabatnya di Basrah, A'la bin Ziyad. Ali melihat rumah sahabatnya yang cukup besar dan lapang, lalu bertanya, “Apa yang kamu lakukan di dunia dengan rumahmu yang besar seperti ini?”
Ali melanjutkan, “Di akhirat, kamu lebih membutuhkan rumah yang lebih luas lagi dari rumah ini. Kamu dapat meraihnya, jika kiranya kamu memberi makan kaum miskin dan senantiasa menjalin tali silaturahmi di rumah ini".
A'la berkata, “Wahai Amir al-mukminin, aku mengadu kepadamu tentang saudaraku Ashim ibn Ziyad. Dia adalah pribadi yang sangat tidak peduli dengan kehidupan duniawi.”
Mendengar pengaduan ini, Ali meminta Ashim dihadirkan. Setelah Ashim berada di hadapan mereka, Ali berkata kepada Ashim, “Wahai orang yang memusuhi dirinya sendiri, kamu dibikin gila dengan perbuatanmu yang buruk. Tidakkah engkau merasa kasihan kepada isteri dan anak-anakmu? Apakah kamu mengira bahwa Allah menghalalkan hal-hal yang baik untukmu, sementara Allah membencimu untuk memanfaatkan hal-hal baik tersebut?”
Ashim membela diri, “Wahai Amir al-Mukminin, Anda sendiri berpakaian sangat sederhana dan makanan Anda adalah makanan yang hanya layak bagi orang miskin.”
Mendengar hal itu, Ali tersenyum dan berkata, “Saudaraku, aku tidak seperti Anda. Sesungguhnya, Allah telah mewajibkan kepada para pemimpin yang adil, supaya mengukur dirinya dengan orang yang paling lemah di antara rakyatnya, agar orang-orang miskin tidak merasa menderita dengan kemiskinannya.” Allah A'lam. ***
Makassar, 10 Juni 2022