Seruan sang lelaki itu tidak digubris oleh si pejalan kaki. Merasa tidak digubris, sang lelaki langsung naik pitam. Sang lelaki lupa dengan nasihat sang Darwis untuk tidak mudah naik pitam. Saat emosinya memuncak, sang lelaki mengambil sepucuk senjata dan menembakkannya kepada sang pejalan kaki, di karenakan ulah sang pejalan kaki yang dianggap tidak menghiraukan pemberian untuknya. Sang pejalan kaki jatuh tersungkur bersimbah darah.
Tepat ketika peluru menembus sang pejalan kaki, pohon yang gersang, seolah- olah ada keajaiban. Saat itu, pohon yang tadinya gersang tumbuh bermekaran dengan ceria. Sang pejalan kaki yang baru saja ditembak, ternyata merupakan salah seorang pembunuh yang sedang dalam misi untuk melakukan tindak kejahatan terburuk sepanjang hidupnya.
Dari kisah sederhana ini, setidaknya ada dua nasihat bijak. Pertama, orang yang mengatakan apa yang hendaknya dilakukan sesuai prinsip pokok tertentu dan mengulanginya secara terus menerus.
Satunya lagi adalah, manusia ilmu. Mereka yang bertemu manusia ilmu akan meminta kepadanya nasihat moralistis dan akan memperlakukannya sebagai seorang moralis. Tetapi apa yang diabdinya adalah kebenaran, bukan harapan-harapan yang alim. Allah A’lam. ***
Makassar, 13 Juni 2022