Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Seorang lelaki menyadari dirinya mudah naik pitam, setelah bertahun-tahun menemui berbagai hambatan dan kesulitan dalam menyelesaikan problem yang dihadapinya. Suatu hari, lelaki ini mendengar ada seorang cerdik pandai yang memiliki ilmu yang luas.
Sang lelaki mendatangi orang pandai tersebut dan memohon diberi nasihat, agar tidak mudah naik pitam. Sang cerdik pandai, yang juga seorang darwis berkata kepada sang peminta nasihat, “Pergilah di persimpangan, di sana anda akan temukan sebatang pohon gersang. Setibanya di tempat tersebut, berdirilah di bawah pohon lalu tawarkan air kepada siapa saja yang melewati jalan tersebut.”
Sang lelaki melaksanakan yang dinasihatkan kepadanya. Hari berganti, sang lelaki kemudian dikenal oleh mereka yang melewati jalan di sekitar tempatnya berdiri, sebagai seorang yang sedang berupaya menjalani laku untuk berderma dan belajar untuk mampu mengendalikan diri.
Suatu hari, ada seorang pejalan kaki yang berjalan tergopoh-gopoh di sekitar tempat sang peminta nasihat berdiri. Lelaki yang belajar untuk mengendalikan diri, memanggil sang pejalan kaki dan berkata, “Hai kemari, terimalah salamku dan terimalah air yang aku berikan ini.”
Seruan sang lelaki itu tidak digubris oleh si pejalan kaki. Merasa tidak digubris, sang lelaki langsung naik pitam. Sang lelaki lupa dengan nasihat sang Darwis untuk tidak mudah naik pitam. Saat emosinya memuncak, sang lelaki mengambil sepucuk senjata dan menembakkannya kepada sang pejalan kaki, di karenakan ulah sang pejalan kaki yang dianggap tidak menghiraukan pemberian untuknya. Sang pejalan kaki jatuh tersungkur bersimbah darah.
Tepat ketika peluru menembus sang pejalan kaki, pohon yang gersang, seolah- olah ada keajaiban. Saat itu, pohon yang tadinya gersang tumbuh bermekaran dengan ceria. Sang pejalan kaki yang baru saja ditembak, ternyata merupakan salah seorang pembunuh yang sedang dalam misi untuk melakukan tindak kejahatan terburuk sepanjang hidupnya.
Dari kisah sederhana ini, setidaknya ada dua nasihat bijak. Pertama, orang yang mengatakan apa yang hendaknya dilakukan sesuai prinsip pokok tertentu dan mengulanginya secara terus menerus.
Satunya lagi adalah, manusia ilmu. Mereka yang bertemu manusia ilmu akan meminta kepadanya nasihat moralistis dan akan memperlakukannya sebagai seorang moralis. Tetapi apa yang diabdinya adalah kebenaran, bukan harapan-harapan yang alim. Allah A'lam. ***
Makassar, 13 Juni 2022