Aku memanggilnya saat fajar merekah, ketika arah timur telah dipenuhi suka cita. Tetapi dia tidak mendengar, karena matanya terasa berat dengan kemalasan yang rakus.
Aku membelainya pada malam hari ketika kegelapan telah menjadi kesunyian dan bunga-bunga sudah terlelap tidur, tetapi dia tidak memperhatikan diriku, karena dia hanya memperhatikan hari esok.
Kekasihku telah belajar untuk menangis dan menderita dari musuhku, yaitu Masalah; tetapi aku harus mengajarinya untuk meneteskan air mata permohonan dari mata jiwanya dan mendesah karena dia mencari kesenangan. Kekasihku adalah milikku dan aku adalah miliknya. Jumat Mubarak. Allah A’lam. ***
Makassar, 1 Juli 2022