Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Manusia adalah kekasihku dan aku adalah kekasihnya jua. Aku menggairahkannya dan dia terbakar cintanya karenaku. Akan tetapi, aku memiliki kekasih di dalam cintanya yang membuatku hancur dan menyakiti istri kedua yang bernama Masalah yang mengikutiku kemana pun aku pergi, bagai seorang pengawas yang membuat kita terpisah.
Aku mencari kekasihku di desa-desa di antara pepohonan dan dekat telaga, namun aku tidak menemukannya. Masalah telah memperdaya dan membuatnya terasing dari kota, dari masyarakat, dan kecurangan dan kepedihan.
Aku mencarinya di lorong-lorong pengetahuan dan tempat-tempat kebijaksanaan, tetapi aku tidak menemukannya. Masalah, yang berselimut debu, telah membawanya dalam benteng kepentingan diri di mana ketidakpedulian bersemayam.
Aku mencarinya dalam ladang-ladang kesenangan tetapi aku tidak menemukannya, karena musuhku telah membelenggunya di dalam lubang besar kerakusan dan nafsu.
Aku memanggilnya saat fajar merekah, ketika arah timur telah dipenuhi suka cita. Tetapi dia tidak mendengar, karena matanya terasa berat dengan kemalasan yang rakus.
Aku membelainya pada malam hari ketika kegelapan telah menjadi kesunyian dan bunga-bunga sudah terlelap tidur, tetapi dia tidak memperhatikan diriku, karena dia hanya memperhatikan hari esok.
Kekasihku telah belajar untuk menangis dan menderita dari musuhku, yaitu Masalah; tetapi aku harus mengajarinya untuk meneteskan air mata permohonan dari mata jiwanya dan mendesah karena dia mencari kesenangan. Kekasihku adalah milikku dan aku adalah miliknya. Jumat Mubarak. Allah A'lam. ***
Makassar, 1 Juli 2022