PEDOMANRAKYAT.BANDUNG---Guru Besar Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universits Padjadjaran Prof Deddy Mulyana, MA., PhD menegaskan, buku kumpulan cerita pendek “Pada Suatu Musim Semi” karyanya bukanlah penerbitan yang ujug-ujug atau tiba-tiba saja ada.
“Agaknya tak banyak orang tahu bahwa jauh sebelum menjadi akademisi, saya telah menulis puluhan cerpen. Dalam kurun waktu 1974 - 1993, sekitar 80 cerpen saya dimuat di lebih dari 20 media cetak (surat kabar dan majalah). Satu cerpen dalam bahasa Inggris, dan beberapa cerpen lainnya merupakan terjemahan,” ungkap Prof Deddy dalam perbincangan dengan pakar komunikasi Dr Aqua Dwipayana di kediaman, Rabu (6/7/2022).
Ia mengatakan tema-tema karya cerpen sebagian besar terinspirasi dari kehidupan nyata yang dijalaninya selama menempuh studi magister dan doktoral di mancanegara.
Kejadian inspiratif itu terutama menyangkut banyaknya orang Barat yang memeluk Islam.
“Saat saya studi Doktor di Monash University, Melbourne, Australia (1991-1995), saya bahkan sempat mensyahadatkan seorang perempuan Australia keturunan Italia di apartemen tempat saya sekeluarga tinggal.
Dalam buku ini hanya satu cerpen yang merupakan pengalaman nyata saya, yakni “Drama Kampung Dhuafa”,” katanya menjelaskan.
Sejumlah buku Prof Deddy termasuk Islam di Amerika: Suka Duka Menegakkan Agama (1988), Islam dan Orang Indonesia di Australia (2000), Santri-Santri Bule: Kesaksian Muslim Amerika, Eropa dan Australia (2003), dan Islam Itu Indah. Selanjutnya Renungan dan Pengembaraan Rohani Guru Besar Komunikasi (2006), diakuinya, kental dengan renungan, refleksi pengalaman dan pengamatannya atas perkembangan Islam di Barat.
“Selama masa studi saya di Amerika, sesudahnya, dan hingga saya selesai studi saya di Australia dan pulang ke Tanah Air, saya bahkan sempat berkorespondensi dengan beberapa Muslim dan Muslimah Barat yang memeluk Islam itu,'' ujarnya.
Dua di antaranya adalah Karima Omar Kamouneh yang pengalaman dan pemikirannya saya terjemahkan dala buku Perjalanan Menuju Islam: Perjalanan Rohani Seorang Muslimah Amerika (1990), dan Shifa Mustapha yang pengalaman dan pemikirannya saya terjemahkan dalam buku A Journey to Islam: Pengembaraan Spiritual Seorang Muslimah Australia (2004).
Kedua buku tersebut tentu saya beri kata pengantar,” kata bapak dua anak itu menguraikan.
Sebagai hasil dari penyaluran hobi, kata Prof Deddy, tidak pada tempatnya jika publik membanding cerpen-cerpen dalam buku ini dengan karya sejenis yang ditulis orang lain sebagai karya sastra, atau dengan fiksi serupa yang dihasilkan penulis profesional, karena perbandingannya tidak apple to apple.
“Namun demikian, saya berharap Anda peroleh setetes pencerahan. Bahkan jika Anda merasa mendapatkan sedikit hiburan yang sehat dari buku ini, itu memadai bagi saya,” ucap Prof Deddy. (*).