Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Adam memiliki dua orang putra bernama Habil dan Kabil. Habil, seorang petani miskin, dibunuh oleh saudaranya Kabil, seorang tuan tanah yang kaya raya. Di sepanjang sejarah, anak cucu Kabil telah berperan sebagai pemimpin umat manusia.
Begitu bertambah besar masyarakat manusia berubah dan sistemnya menjadi rumit; dan begitu muncul pembagian-pembagian, spesialisasi-spesialisasi, dan klasifikasi sosial, Kabil, sang pemimpin mengubah wajah tersebut.
Di dalam masyarakat modern, Kabil menyembunyikan wajahnya yang asli di balik topeng politik, ekonomi, dan agama. Kabil menciptakan tiga buah kekuatan untuk menindas: kekayaan dan kemunafikan yang melahirkan despotisme; eksploitasi; dan teknik indoktrinasi.
Kekuatan tersebut dapat dijelaskan dengan istilah monoteisme. Fir'aun, lambang penindasan, Karun, lambang kapital dan kapitalisme, Balam, lambang kemunafikan.
Ketiga kekuatan tersebut dimiliki oleh Kabil. Ketiganya melambangkan tiga wajah yang dumiliki setan dan trinitas. Para jamaah haji yang melaksanakan jamarat diperintahkan untuk: menembak Fir'aun yang berkata: “Hanya Allah yang menghukum.”
Fir'aun identik dengan mereka yang senantiasa berkepentingan dengan politik dan hidup di bawah despotisme, militerisme, dan fasisme.
Selanjutnya, perintah menembak Karun yang berkata, “Hanya Allah yang memiliki kekayaan.”
Karun adalah mereka yang berkepentingan dengan ekonomi dan memandang ekonomi sebagai tonggak masyarakat.
Selanjutnya, tembaklah Balam, yang berkata, “Hanya Allah yang memiliki agama-agama.”
Balam identik dengan kaum intelektual yang berkeyakinan bahwa perubahan sosial tidak mungkin tercipta tanpa disertai perjuangan yang tulus untuk melawan kebodohan, kelemahan, dan setiap kondisi yang menyebabkan manusia menganut politeisme berselimutkan monoteisme.
Satu hal yang perlu diingat bahwa manusia adalah khalifah Allah SWT di muka bumi ini. Hanya manusia yang saleh sajalah yang akan menerima warisan dunia ini. (QS 49: 13).
Allah SWT mengutuk penindasan, kebodohan, dan kemunafikan. Allah SWT mengecam para pemimpin spiritual yang baik secara sadar maupun tidak, menyesatkan orang lain, bukannya memberi petunjuk yang benar kepada mereka. (QS 62:5) (QS 7: 176).
Allah SWT mengingatkan kepada Rasulullah SAW bahwasanya ketika seseorang diberi amanah untuk memimpin masyarakat, maka ia menanggung beban yang cukup berat yang akan dipertanggungjawabkan di hari kemudian.
Allah SWT mengingatkan Rasulullah SAW untuk senantiasa berlindung kepada Allah SWT. Sebutan yang diberikan kepada Allah SWT adalah Yang diperhamba, Penguasa, dan Pemimpin.
Ketiga sebutan ini telah digunakan oleh setan untuk digunakannya sendiri. Padahal sesungguhnya, ketiga sebutan tersebut hanya layak disematkan kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW diperintahkan untuk senantiasa berlindung kepada Allah SWT. (QS 114: 4-5). Allah A'lam. ***
Makassar, 12 Juli 2022