Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Iqbal, salah seorang penyair Muslim pernah mengingatkan, “Seorang Muslim seharusnya berpacu dengan waktu dalam beraktivitas, bergerak, dan tidak berdiam diri.”
Salah satu etos yang amat kuat dalam Islam ialah etos gerak. Artinya, kaum Muslim didorong untuk bergerak, aktif, dan senantiasa berbuat sesuatu yang baik.
Agama Islam memang selalu dilukiskan sebagai jalan. Istilah syari'ah, thariqhah, sirath, sabil, semuanya berarti jalan. Islam adalah jalan menuju Allah SWT guna memperoleh ridha-Nya. Itulah tujuan hidup manusia di muka bumi ini. Jika manusia tidak bergerak, maka hidup akan merugi.
Konotasi jalan ialah gerak. Benda yang berada di atas sebuah jalan semestinya bergerak dan tidak diam. Jika benda itu diam, maka dia menyalahi kodrat sebuah jalan di mana ia berada.
Karena Islam selalu digambarkan sebagai jalan, orang-orang Muslim adalah mereka yang senantiasa bergerak maju, dinamis, dan aktif, tidak statis ataupun pasif.
Muslim masa lalu yang senantiasa mampu menangkap api Islam, tidak hanya mendapatkan debunya, sebagaimana muslim zaman sekarang. Mereka bergerak kemana-mana, baik dalam arti fisik seperti pengembaraan ke negeri asing, maupun dalam arti intelektual seperti penyelidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam.
Rasulullah SAW sendiri memberi contoh perwujudan etos gerak ini. Hijrah tidak lain adalah contoh perwujudan etos gerak ini.
Kepada jiwa manusia yang dinamik, yang tidak terpaku di suatu tempat dan yang tidak pernah kehilangan gairah usaha dan harapan kepada keadaan yang lebih baik, Allah SWT menjanjikan kemudahan, keleluasaan, dan kelapangan hidup. Perhatikan firman Allah SWT QS 4: 100.
Oleh karena itu, seorang Muslim tidak dibenarkan bersikap pasif di suatu tempat dan menyerah kepada keadaan yang membuatnya tidak dapat melakukan hal-hal positif bagi dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat. Perhatikan firman Allah SWT QS 4: 97.
Pesan dari Alquran mengingatkan kepada kaum Muslimin, agar ketika mereka berada di suatu tempat di mana mereka terpaksa berbuat jahat, maka sesuai kemampuan, mereka dianjurkan untuk berhijrah untuk menghindari perbuatan jahat.
Kalau tidak, tetap saja mereka akan dituntut atas perbuatan jahat yang telah dilakukan, sebab bumi Allah SWT begitu luas. Maka bergerak dan berhijrahlah untuk meraih ridha Allah SWT. Allah A'lam. ***
Makassar, 24 Juli 2022