Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddn Makassar
Hidup ini bagaikan roda yang berputar, sesekali berada di bawah dan sebaliknya. Roda tidak stagnan dan senantiasa berputar. Hidup ini kadang senang, dan terkadang juga sedih.
Suatu hari, ada orang tua alim yang senantiasa bersedih di sisa hidupnya. Saking sedihnya, orang tua tersebut memohon kepada Allah SWT agar nyawanya segera dicabut.
Ketika orang tua tersebut berdoa dengan penuh tetesan air mata, tiba-tiba lewat seorang pemuda di dekatnya. Sang pemuda berkata, “Wahai ayahanda, doa apa yang sedang engkau panjatkan?”
Orang tua tersebut tertegun dengan ketampanan sang pemuda dan berkata, “Ya anakku, semoga Allah SWT merakhmatimu. Aku memohon kepada Allah SWT agar meninggal dalam keadaan husnul khatimah dan cepat kembali kepada Allah SWT demi pertemuan yang menggembirakan dengan para kekasih Allah SWT.
Siapa engkau wahai anakku?” Sang pemuda menjawab, “Aku rakhmat Tuhanmu yang diutus untuk menghibur manusia. Namaku Artiyail dan aku malaikat. Aku diciptakan untuk menyeka kesedihan dan rasa sakit dari nafas mereka yang dicintai Allah SWT.”
Beberapa saat kemudian, malaikat tersebut lenyap.
Suatu hari, murid seorang wali besar berangkat menuju suatu daerah di wilayah Asia Tengah. Para murid tersebut, berada di daerah tujuan dalam waktu yang cukup lama, sementara sang wali berpesan agar mereka tidak segera kembali jika tujuan sudah dilaksanakan.