Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Kata Salam dan Salamah, berasal dari bahasa Arab yang bermakna kedamaian. Ketika bertemu, bertamu, atau menyapa seseorang, biasanya kita ucapkan, “Assalamu alaikum” yang berarti keselamatan atau kedamaian bagimu.
Ucapan tersebut merupakan doa kedamaian dan kesejahteraan yang disampaikan kepada seseorang.
Cak Nur (Allahummagfir Lahu), pernah mengemukakan, salam dan salamah pada hakikatnya memiliki makna yang sama tersebut, yakni kedamaian, kesejahteraan, dan kebebasan dari marabahaya, sangat terkait dengan makna Islam.
Disebut Islam, karena agama tersebut memiliki misi membawa salam dan salamah kepada manusia, lahir dan batin. Hal tersebut berpangkal pada sikap berdamai atau pasrah dengan tulus kepada Allah SWT, Maha Pencipta, yang merupakan makna harfiah perkataan Islam tersebut.
Dalam suatu pertunjukan acara televisi Amerika Serikat oleh Donahue tentang fundamentalisme (Kristen) di sana, diperlihatkan betapa yang hadir di acara itu berebut surga dan saling memasukkan yang lain ke dalam neraka.
Dalam kata lain, masing-masing ingin mengatakan, “Kamilah yang selamat dan anda yang tidak seperti kami adalah celaka!”
Sudah tentu, bukan kali ini saja orang berebut surga dan saling mendorong yang lain ke neraka. QS 2: 111-112, sejak dini sudah menyampaikan, yang terjemahannya kurang lebih, “Mereka berkata, tidaklah akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau orang Kristen! Itulah angan-angan mereka. Katakan (kepada mereka tersebut), perlihatkan buktimu jika kamu memang orang-orang yang benar!”
Sebaliknya, siapa saja yang pasrah (aslama) diri kepada Allah SWT dan dia adalah orang baik, maka baginya tersedia pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut atas mereka, serta tidak pula mereka bersedih hati.
Menarik untuk merenung sejenak tentang firman Allah SWT di atas. Walaupun yang disebutkan secara langsung adalah kaum Yahudi dan Nasrani (yang berebut surga, sebagaimana yang dituturkan dalam ayat di atas), namun makna firman Allah SWT tersebut juga berlaku untuk semua golongan.
Dalam ayat tersebut ditegaskan, bahwasanya pahala berasal dari Allah SWT serta kebebasan dari rasa takut dan sedih akan dikaruniakan kepada siapa saja yang berserah diri kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Sesembahan yang sebenarnya (bukan hasil mitologi, dongeng atau takhayul). Kemudian orang tersebut menampilkan dirinya sebagai orang baik dengan berbuat kebaikan kepada sesama manusia.
Islam adalah agama yang dibawa oleh para Rasul, sejak dari Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah SAW sebagai panutan dan teladan bagi kita semua, senantiasa mengajarkan, “Wahai manusia, sebarluaskanlah perdamaian, eratkanlah tali persaudaraan, berilah makan (kepada mereka yang kelaparan), kerjakanlah salat ketika sebahagian manusia terlelap dalam tidur malam mereka, maka kamu akan masuk surga dengan penuh kesejahteraan.” Allah A'lam. ***
Makassar, 7 Agustus 2022