“Kencan” dengan Nakhoda KM Tilongkabila (2) : Harus Berterima Kasih kepada Pelni

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Indar mengisahkan juga pengalamannya ketika masuk ke Sabu, salah satu pulau di bagian selatan Indonesia di bawah Pulau Rote sana. Ketika kapal Pelni ke sana, bupatinya datang menyambut. Rote dan Sabu yang awalnya memiliki pendapatan asli daerah (PAD) mulai Rp 250-300 juta, saat Indar pertama kali masuk dengan “tol laut” KM Caraka 322, PAD-nya meningkat tajam menjadi Rp 25 miliar. Yang dijual, garam yang dikirim ke Surabaya yang kemudian didistribusikan.

Bupatinya pun membangun jalan, mulai muncul orang tidak suka padanya. Dia pun digeser dan dikriminalisasi. Akhirnya masuk penjara. Padahal, bupatinya baik dan berprestasi. Pendapatannya menurun lagi. Saat PAD mencapai Rp 25 miliar sudah bisa membangun jalan. Semula dengan PAD hanya Rp 250-300 juta, mau bikin apa ?

Ketika Indar masuk Pulau Sabu dengan KM Caraka 322 membawa bahan makanan, bahan bangunan, semen, besi, aspal. Saat kembali selain garam, kapal juga membawa komoditas seperti rumput laut. Itu terjadi sekitar antara tahun 2008-2010.

Fasilitas di sana tidak ada. Indar dengan Caraka 322 membawa fasilitas sendiri. Dermaganya masih gelap gulita. Dermaga bisa disandari kapal, tetapi fasilitas seperti lampu, fasilitas untuk bongkar muat belum ada.

“Kita harus membawa truk sendiri. Kalau kapal sudah tiba, truknya diturunkan. Forkliftnya diturunkan baru bongkar. Selesai bongkar, dinaikkan lagi,” tutur Indar Bahadi.

Sekarang sudah ada perbaikan. Sebab, ekonomi itu harus di-“drive” (didorong) dari pelabuhan. Indonesia ini negara maritim, bukan bandar udaranya yang menjadi pendorong utama perekonomian negara, melainkan armada maritim untuk meningkatkan kemakmuran suatu daerah.

Dermaga maritimnya harus kuat, bukan jalan tol. Sekarang, jalan tol yang maju hanya Jawa dan Sumatra. Yang lainnya tidak. Kalau dari sisi politik itu hanya permainan sesaat saja. Kalau pelabuhan diperbaiki, daerah itu pasti maju. Apalagi pelabuhannya dibangun mewah. Kapal yang sandar itu nyaman.

Baca juga :  Tingkatkan Kemudahan Bagi Masyarakat, Mahfud MD Resmikan Mall Pelayanan Publik 4 Kabupaten/Kota Sulsel

“Kalau kita sandar terkadang tidak ada “tackboat” (pemandu arah jalan kapal). Kita berjibaku dan hanya ditolong oleh Allah SWT saja. Dulu, ada bule geleng-geleng kepala melihat kondisi dermaga yang tidak memiliki fasilitas. Apalagi saat angin kencang. Alhamdulillah bisa sandar itu atas kuasa Allah SWT,” papar Indar.

Kurangnya fasilitas ini, ucap Indar, ketika melakukan manuver memerlukan waktu yang lama. Itu juga memakan bahan bakar minyak (BBM). Mereka (pihak Pelni) tidak bisa menghitungnya secara matematika. Kalau angin kencang dari darat, kapal agak lama. Begitu pun jika ombak besar, akan memakan bahan bakar. Yang harusnya didorong oleh “tackboat” tetapi tidak bisa. Akhirnya, duitnya keluar terus untuk ‘tackboat”, padahal tidak maksimal berfungsi dalam kondisi-kondisi tertentu.

Indar menyampaikan setiap pelabuhan itu ada yang dapat menggunakan “tackboat” dan tidak. Ini dimaksudkan agar penggunaan anggaran itu dapat dilaksanakan dengan bijaksana. Birokrasi kita harus diubah.

Dia menyarankan, agar petinggi yang menangani perusahaan pelayanan nasional ini harus memiliki pengalaman di kapal. Jadi mereka itu tahu kondisi kapal itu seperti apa.

Mereka itu harus ditugaskan di kapal dulu. Saat bertugas di kantor, dia sudah mengerti. Kapal penumpang (passenger) itu mengangkut orang dari berbagai macam perofesi dan tingkat sosial. Ada pedagang, dan ini itu. Mereka membawa barang. Ada untuk oleh-oleh dan ada yang dibawa untuk diperjualbelikan. Sirkulasi barang dan uang itu terjadi.

Pihak kapal terkadang harus menganut banyak toleransi. Biasa pihak kapal mengatakan, okey-lah, yang penting ada tempat. Kita itu hanya melayani. Kita mau ambil untung untuk Pelni tidak boleh.

Kadang-kadang penumpang itu uangnya pas-pasan, Hal seperti ini, orang kantor kadang-kadang tidak mengerti. Jadi, sebelum menjabat direksi itu, harus ke (bertugas) kapal dulu”. Biar mereka menyelami apa yang dihadapi orang kapal dengan penumpang. Rasakan masalahnya. (Bersambung)

1
2
TAMPILKAN SEMUA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Pangdam XIV/Hasanuddin Terima Penghargaan dari Gubernur Sulsel pada HUT ke-80 RI

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Pangdam XIV/Hasanuddin Mayjen TNI Windiyatno menerima penghargaan istimewa dari Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman,...

Semangat Nasionalisme Warnai Syukuran HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Kodam XIV/Hasanuddin

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Kodam XIV/Hasanuddin menggelar syukuran puncak peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia di...

Ditutup oleh Camat, BKPRMI Sinjai Utara Sukses Adakan Aneka Lomba

PEDOMANRAKYAT, SINJAI - Dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia, Dewan Pengurus Kecamatan (DPK) Badan Komunikasi...

Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel Akan Gelar Sekolah Tabligh #2 Zona II Pangkep, Barru, Jeneponto, dan Bantaeng, 1-14 September 2025

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR -- Sekolah Tabligh #2 siap digelar setelah pengurus Majelis Tabligh Muhammadiyah Sulsel melakukan kunjungan dan pertemuan dengan...