Oleh M. Dahlan Abubakar
DALAM hidup dan kehidupan ini, Indar mengingatkan agar umat Islam melaksanakan syariat agama. Salat misalnya menjadi benteng kehidupan bagi mereka yang taat beribadah untuk menangkis serangan buruk dari mana pun. Orang yang mau santet seorang yang taat beribadah tidak akan mempan. Seperti diakui sendiri oleh salah seorang dukun santet yang terungkap di media sosial, salah satu kelompok manusia yang tidak dapat dimasuki santet adalah mereka yang rajin menunaikan salat.
Ketika menyebut santet, Indar mengingat peristiwa di kapal tempat dia bertugas. Jika tidak salah, Indar ketika itu bertugas di KM Dobonsolo. Markonis (orang yang melayani komunikasi di kapal) kapal yang kebetulan salah seorang Banyuwangi. Ketika itu, Indar baru naik jadi Muallim 3. KM Dobonsolo memiliki kapasitas 1.974 penumpang. Kapal ini memiliki rute panjang, dari Jayapura hingga Jakarta, menyinggahi Makassar.
Sebagai Muallim 3, Indar bertugas melaksanakan dinas jaga dan bertanggung jawab kepada nakhoda. Memelihara peralatan dan kelengkapan alat keselamatan, seperti ‘lifeboats’ (pelampung), ‘liferafts’ (sekoci, perahu penyelamat), ‘lifebuoys’ (baju pelampung), ‘lifejackets’ (jaket pelampung) dll. Memelihara perlengkapan dan kelengkapan alat keselamatan pemadam. Memelihara kelengkapan bendera, dan membuat laporan ‘ship condition’ (kondisi kapal) tiba dan berangkat.
Muallim 3 melaksanakan dinas jaga laut pada pukul 08.00-12.00 dan pukul 20.00-24.00. Indar berjaga dengan markonis tersebut. Dia menganut kejawen.
“Lihat nanti, ya !,” tiba-tiba markonis itu berkata kepada Indar. Nadanya seperti ‘mengancam’ begitu.
Dia mengajak Indar ke kamarnya. Indar pikir akan ngobrol-ngobrol saja begitu. Ya, ceritanya mau silaturahim. Indar sama sekali tidak punya pikiran lain. Ketika membuka pintu kamar markonis tersebut, Indar merasa aromanya. Aura kamarnya terasa aneh. Dulu, Indar kalau mengalami hal semacam ini selalu menunaikan salat lalu tidur. Ternyata kirimannya kena si penyanyi. Penyanyi itu disuruh jalan dan badannya menempel di langit-langit salon kapal dalam kondisi telanjang dan minta telur.
Indar heran, kok penyanyi kesurupan. Disuruh tidak mau. Indar akhirnya membacakan Al Fatihah pada air putih dan disuruh minum. Lalu disiramkan ke penyanyi. Dia jatuh ke lantai. Kamar penyanyi waktu itu di depan Informasi Dek 5 sebelah kanan.
Keesokan harinya, Indar bertemu markonis tersebut.
“Pak, coba lihat tangannya,” katanya sambil meminta Indar memperlihatkan telapak tangannya. Indar tidak “mudeng” (paham atau mengerti) waktu itu.
“Nggak kena, ya,” ucap Markonis tersebut setelah memperhatikan tangan Indar yang biasa-biasa saja.
Indar tidak berprasangka macam-macam. Dia berpikiran normal saja. Ternyata dia mengetes Muallim 3 dan ternyata tidak mempan.
“Allah SWT akan melindungi. Seperti bersedekah itu akan menolak bala. Berzikir pada pagi dan petang hari. Rezeki akan mengalir,” ujar Indar.
Katanya, rezeki itu datang memaksa. Dalam arti, tanpa diduga-duga dan tiba-tiba saja. Tidak ada orang bisa menolak rezeki. Dia akan rugi. Allah menampakkan kekuasaannya hingga seorang menjadi yakin. Oleh sebab itu, menurut Indar, hidup ini sebenarnya menghabiskan rezeki. Jadi kalau punya rezeki tidak perlu khawatir Sedekahkah kepada anak dan istri. Kepada orang tua. Jangan keluar dari takdir. Jika keluar dari takdir bahaya. Takdir adalah sesuatu yang harus dijalani oleh seseorang.