“Ya..Allah, matikan kami dalam kondisi baik,” seru Indar dalam hati.
Ternyata, Brimob tersebut bukannya membuat perhitungan dengan Indar, melainkan si mabuk itu yang dihajarnya. Indar segera pulang setelah menyaksikan peristiwa aneh dan mendebarkan tersebut. Dia menuju KM Bukit Siguntang tempat Indar mengabdi yang sedang sandar di Pelabuhan Ambon sambil terus istigfar. KM Bukit Siguntang dibuat pada tahun 1996 dan didaftarkan di Pelabuhan Palembang, sekitar 3 km di sebelah Sungai Musi. Kapal dengan panjang 146 m-lebar 23 m ini memiliki kecepatan 22-23 knot per jam dan memiliki kapasitas angkut 2003 penumpang. Rutenya, pada tahun 2000 pernah melayari rute Jakarta-Surabaya-Makassar hingga ke timur. Kini trayeknya, Makassar, Balikpapan, Tarakan, Nunukan, Balikpapan, Makassar, Maumere, Lewoleba, Kupang, Lewoleba, Maumere, Makassar
Dari peristiwa itu, Indar mengatakan, sebenarnya Allah SWT sedang mengingatkan kita bahwa kebaikan itu selalu datang dari Allah SWT. Tidak ada keburukan yang datang dari Dia. Hanya saja, manusia yang menilainya salah. Orang diberi sakit, malah mengeluh dan berkeluh-kesah, ”Mengapa Allah memberikan sakit”. Kisah kerusuhan Ambon ini panjang.
“Sakit itu, nikmat. Jarang orang mengoreksi diri. Dia tidak mengerti apa dosa-dosa yang dia perbuat dulu. Dan dengan sakit, “gugur” dosanya. Supaya orang bisa mengoreksi diri agar berbuat baik. Orang selalu menafsirkan kemudian dengan salah. Mereka menganggap Allah tidak saya kepada mereka. Oleh sebab itu, kita selalu mengoreksi diri. Ingatlah pada masa lalu dosa apa yang telah kita perbuat. Mungkin kita keceplosan kepada orang dan omongan kita menyakitkan, tetapi yang mengeluarkan tidak merasa. (Bersambung)