Tuntutan kami selanjutnya yaitu, mengutuk keras tindakan represif yang dilakukan oleh aparat Kepolisian terhadap kader HMI Cabang Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Selain dari HMI STIM-LPI Makassar, aksi ini juga diikuti oleh HMI STIK Yapma, dan HMI Komisariat AKBA, dengan jumlah keseluruhan mahasiswa sekira 30 orang.
“Kami akan terus melakukan aksi unjuk rasa ini, sampai pemerintah menurunkan harga BBM, kita lihat saja, masyarakat seakan tercekik dengan meroketnya harga BBM ini,” pekik Yuslan melalui alat pengeras suara.
Karena menurutnya, kenaikan harga BBM ini akan berdampak pada bahan pokok dan biaya transportasi, apalagi pemerintah telah mencabut subsidi BBM. Statement Presiden Jokowi pada 2013 yang lalu itu adalah cadangan minyak nasional bisa menghidupi masyarakat Indonesia hingga 2030 mendatang, namun berbanding terbalik pernyataan yang ia keluarkan di 2022 ini.
“Jadi, kami menganggap dalam hal ini ada kongkalikong, seharusnya pihak pemerintah dan aparat itu menelusuri siapa-siapa saja yang terlibat ‘mafia-mafia’ migas,” beber La Ode Muhammad Yuslan. (Hdr)