Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Dalam Alquran surat al-Ashr, Allah SWT mengingatkan agar kita senantiasa saling nasihat menasihati dalam kebenara dan kesabaran. Merujuk pada ayat tersebut, hendaknya kita saling nasihat-menasihati satu dengan yang lain, karena dengan nasihat yang baik, kita akan menemukan solusi terhadap sesuatu yang dibutuhkan. Kearifan dari orang banyak adalah pelindung untuk melawan tirani.
Seseorang yang tidak mencari nasihat, adalah mereka yang kurang bijak dalam bertindak. Ketidakbijakan telah membutakan mereka dari kebenaran dan membuatnya menjadi jahat, keras kepala, dan berbahaya bagi orang lain.
Mintalah nasihat dari orang tua yang bijak, karena mata mereka telah menatap wajah-wajah tahun dan telinga mereka telah mendengarkan suara-suara kehidupan. Ketika mereka memberi nasihat, namun nasihat tersebut kurang berkenan di hati, maka perhatikanlah mereka.
Sebaliknya, hindari meminta nasihat yang baik dari seorang tiran, atau pendosa, atau seorang yang sombong, atau seseorang yang membelot dari kebenaran. Terkutuklah mereka yang bersekongkol dengan pendosa yang datang meminta nasihat. Karena nendukung mereka yang berbuat kejahatan merupakan tindakan tercela, dan mendengarkan kesalahan yang dikatakannya merupakan suatu pengkhianatan.
Seorang bijak, walau merasa memiliki pegetahuan mendalam, kemampuan untuk berbuat adil, serta pengalaman luas, senantiasa masih berpikir bahwa dirinya belum layak memberi nasihat kepada orang lain. Apalagi jika ia menyadari bahwasanya sesuatu yang diucapkannya bertentangan dengan apa yang dilakukannya.
Khalil Gibran mengingatkan kepada kita semua, “Kawanku, jangan jadi seperti orang yang duduk dekat perapian dan melihat api menyala, kemudian hilang sia-sia menjadi abu yang mati. Jangan serahkan harapanmu atau hasilmu kepada keputusasaan disebabkan apa yang ada di masa lalu, karena meratapi sesuatu yang tidak bisa kembali adalah kelemahan manusia yang terburuk.” Allah A'lam. ***
Makassar 10 September 2022