Kebijakan Perizinan Pemerintah Pusat Dinilai Tak Pro Rakyat

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Di tingkat bawah, tambahnya, masyarakat berharap mudah memperoleh izin usaha wisata dan hotel namun pada tingkat Pemerintah Pusat telah mematok melalui regulasi yang kaku dan tidak bijak yang mengakibatkan akselerasi pertumbuhan ekonomi daerah Bali mengalami keterlambatan apalagi masih dalam situasi baru lepas dari pandemi Covid-19.

Di satu pihak, lanjut Ngakan, daerah dituntut untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk kesejahteraan dan kemaslahatan rakyat akan tetapi di sisi lain perizinan untuk usaha reziko tinggi dan menengah diambil alih oleh Pemerintah Pusat yang pajaknya pasti tidak akan masuk ke Kas Daerah (Kasda).

Senada dengan pernyataan Ngakan Tri, wakil dari pengusaha  Hotel Mercure Kabupaten Badung juga ikut mengeluhkan tumpang tindihnya peraturan pusat dan daerah khususnya dibidang izin pariwisata. “Pemerintah Pusat memiliki izin tersendiri melalui pelaksanaan UU Omnibuslaw sementara Pemda mempunyai Perda dan peraturan adat. Akibatnya terjadi benturan kepentingan,” kata dia.

Mestinya, lanjut Amanda, Pemerintah Pusat harus berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Bali khususnya, sebelum mengeluarkan sebuah kebijakan. Sebab jika tidak, maka pelaku usaha hotel akan mengalami degradasi atau kerugian secara moril dan ekonomi. Bahkan tidak menutup kemungkinan hotel-hotel bisa mati suri.

Amanda menambahkan, Pemerintah Pusat idealnya tidak boleh “mematikan” roda usaha hotel di daerah dengan regulasi yang dinilai berbelit-belit dan tumpang tindih sebab akan berdampak pada penambahan beban keuangan bagi pihak pengusaha hotel.

Sementara itu, Marhanani selaku Ketua Tim Riset pada FGD mengucapkan terima kasih yang tak terhingga serta respon positif para stakeholder beserta seluruh yang hadir dalam diskusi ini. “Saya selaku Ketua Tim menyampaikan rasa terima kasih kepada Pemda Kabupaten Badung, para pelaku usaha hotel, media massa dan tokoh masyarakat dalam menyukseskan diskusi sekaitan dengan penguatan riset kami,” ungkapnya.

Baca juga :  Fatrial Doi Tiranda : Keluarga Alm M.Doi' Bantah Laporkan Dugaan Pungli Retribusi Potong Hewan ke DPRD

Menurutnya, riset ini merupakan kolaborasi periset dari BRIN bersama ITB Nobel Makassar Sulsel dan Politeknik Sahid Jakarta. FGD ini sangat positif dan berkualitas sebab melalui kegiatan diskusi ini akan mendapatkan informasi terbaru termasuk nilai budaya Bali yang disebut Tri Hita Karana dan Takubali.

“Olehnya itu, dengan demikian maka kami telah mendapatkan informasi mengenai problem pariwisata berkelanjutan di Bali sehingga nantinya akan sejalan dan representatif dengan tuntutan output riset yang berstandar Pentahelix,” pungkasnya. (M. Daeng Siudjung Nyulle)

1
2
TAMPILKAN SEMUA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Ir. Arwan Tjahjadi Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Healing Camp Makassar 2025

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Sebuah terobosan baru dalam dunia kesehatan akan hadir di Kota Makassar melalui Healing Camp perdana,...

Warrior Taekwondo Kemenag Sulsel Angkat Nama Daerah Melalui Dua Ajang Bergengsi

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Tim Warrior Taekwondo binaan Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulawesi Selatan pulang dengan kepala tegak dari...

Koramil 1408-08/Makassar Bersama Rakyat, Gotong Royong Ciptakan Pasar yang Nyaman

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Semangat gotong royong kembali ditunjukkan oleh TNI bersama masyarakat dalam kegiatan Karya Bhakti Pembersihan Pasar...

Kunjungan Kadis Pendidikan Pinrang ke SMAN 7: Membangun Sinergi untuk Kualitas Pendidikan dan Lingkungan

PEDOMANRAKYAT, PINRANG - UPT SMAN 7 Pinrang mendapat kehormatan yang sangat berarti atas kunjungan kerja (Kunker) sekaligus silaturrahmi...