Dia – Luna Vidya yang dikenal seorang aktris monolog seraya bertanya ke audience, apakah relevansi pembangunan di daratan besar dengan orang-orang pulau, sehingga kalau kita lihat apakah mereka cukup dengan transportasi, atau mereka merasa belum cukup. Jawabannya kami bisa jadi jembatan dari wajah, cerita orang pulau.
Lebih jauh Luna menjelaskan, hal yang menarik dari kota Makassar adalah ketika memutuskan untuk mempunyai Kecamatan Sangkarang (Kecamatan ke 15), maka secara mindset tentu pemerintah sudah ada kebijakan khusus yang terdiri dari pulau-pulau.
“Nah itulah, yang mau didorong Kota Makassar dengan kecamatan yang unik seperti itu. Menjadikan Project, bagaimana transportasi mobilitas itu dijadikan issu,”harap Luna Vidya.
Anak Pulau
Dalam tudang sipulung pun beberapa tanggapan masyarakat, diantaranya akademisi, jurnalis, pun masyarakat yang bermukim di pulau-pulau. Banyak kisah menarik yang mereka ceritakan selain masalah transportasi.
Pihak Dinas perhubungan Kota Makassar terlihat belum sepenuhnya mengatasi keluhan dan kebutuhan dasar masyarakat pulau – transportasi. Perahu/kapal penumpang masih dikelola orang perorang dari masyarakat setempat. Begitupun frekuensi mobilitas transportasi tersebut hanya pada jam-jam tertentu.
Itu baru satu sisi. Belum masalah pendidikan, kesehatan dan masalah yang popular adalah sampah. Menurut Lurah Kondigareng, upaya mengatasi sampah berbagai upaya telah dilakukannya bersama masyarakat disana. Katanya, pagi dibersihkan di pesisir laut, sorenya sampah-sampah bermunculan lagi. Bahkan pihaknya pernah melakukan bank sampah, namun tidak berimbang dengan biaya operasional yang jauh lebih besar.
Terlepas dari soal itu, seorang mahasiswa ketika diminta tanggapannya. Dia merasakan kesedihan saat temannya di Kampus bertanya, kamu tinggal dimana. Dengan lugu apa adanya, dia menjawab, “saya tinggal di pulau”. Mendengar jawaban polosnya, terlihat raut dan gesture temannya berubah. Kejadian itu, dia tak marah. Bahkan dia tetap semangat bangga menjadi “anak pulau”. (rk)