Asnawin yang pemegang sertifikat Pelatih Nasional Wartawan PWI, mengatakan, secara etimologis, redaktur berasal dari bahasa Belanda, redacteur, yang secara umum artinya seseorang yang bertugas melakukan penyuntingan, yaitu memberi judul, memperbaiki kesalahan ejaan, tanda baca, diksi, serta keterpaduan antar-paragraf, dari naskah berita yang telah ditulis dan dikirimkan oleh reporter.
Mengedit naskah berita atau editing, lanjutnya, membutuhkan inteligensia, empati, fleksibilitas, kepercayaan diri, kemauan untuk bereksperimen, ketajaman, ketelitian, dan kesabaran guna membantu reporter / penulis dalam mencapai tujuannya.
“Editing atau penyuntingan adalah pekerjaan intelektual dan teknis. Intelektual karena ia membutuhkan wawasan memadai untuk validasi fakta dalam sebuah naskah. Teknis karena ia membutuhkan kecermatan dalam pilihan kata, kalimat, dan tanda baca. Dengan intelektualitas dan kemampuan teknis, editor menjadikan sebuah naskah menjadi hebat, layak siar, layak muat, enak dibaca, serta mudah dicerna pembaca,” kata Asnawin.
Pelatihan bertema “Jurnalistik Muda Dalam Menjawab Tantangan Era Digitalisasi”, diikuti puluhan peserta yang terdiri atas mahasiswa FKIK Unismuh Makassar dan dilaksanakan selama dua hari, yakni Sabtu dan Ahad, 28-29 Januari 2023.
Materi yang diberikan kepada peserta dalam pelatihan ini antara lain Pengantar Jurnalistik, Perencanaan Peliputan dan Teknik Wawancara, Fotografi Jurnalistik, Jurnalisme Online dan Media Sosial, Teknik Dasar Videografi, serta Penulisan Berita dan Penyuntingan Naskah.
Pelatihan dibuka oleh Wakil Dekan III FKIK Unismuh dr Asdar SpB, dan dihadiri Ketua Panitia dr Dzar Fadli El Furqan, dan Sekretaris Panitia dr Ikhsan Mursad.(*)