PEDOMAN RAKYAT, MAKASSAR.- Media sosial sebagai wadah pembelajaran dapat mengubah perilaku warga net. Oleh karena itu, seharusnya warga net dalam berkomunikasi menggunakan bahasa yang lebih mendidik dan santun yang dapat mengubah tingkah laku pembaca ke arah yang lebih baik.
“Media Sosial sebagai media pembelajaran generasi bangsa diharapkan dapat menampilkan tayangan-tayangan bernuansa positif. Oleh sebab itu, warga net hendaknya berpikir jernih sebelum memposting (menyiarkan) sesuatu di internet. Kominfo agar memblokade (menutup) situs-situs yang menayangkan hal-hal yang berbahasa menimbulkan tindak kekerasan,” harap Prof.Dr.Nurhayati, M.Hum, dalam orasi ilmiah pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Bahasa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, di Ruang Senat Unhas Kampus Tamalanrea, Selasa (7/2/2023).
Orasi yang berlangsung di depan Rapat Paripurna Senat Akademik Unhas yang dipimpin Ketua Senat Akademik (SA) Prof.Dr. Baharuddin Thalib, drg.M.Kes, Sp.Pros.(K) juga mengukuhkan Prof.Dr.Ir. Asmudin Nasir, M.Sc. sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Nutrisi Ternak Fakultas Peternakan Unhas dan menjadi Guru Besar Unhas ke-459, sementara Prof.Dr.Nurhayati, M.Hum merupakan Guru Besar Unhas ke-460.
Nurhayati yang dilahirkan di Parepare 2 Oktober 1960 menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Penggunaan Bahasa di Media Sosial: Kajian Psikolinguistik,” dalam Rapat Paripurna Senat Akademik juga dihadiri Rektor Unhas Prof.Dr.Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc., Ketua Dewan Profesor Unhas Prof.Dr. A.Pangeran Moenta, S.H., para anggota SA dan Majelis Wali Amanat (MWA) Unhas dan sejumlah undangan.
Prof. Nurhayati mengatakan, kajian psikolinguistik adalah melihat deskripsi bahasa yang diproses dalam diri manusia dan hasil dari proses itu dapat dimaknai.
“Psikolinguistik dapat dipakai untuk mengungkap pemicu proses bahasa yang terjadi dalam pikiran pembaca sebelum digunakan dalam bentuk-bentuk bahasa,” ujar lulusan sarjana Fakultas Sastra Unhas tahun 1985 tersebut,
Dia mengatakan, psikolinguistik dapat dijadikan pendekatan dalam penelitian bahasa, khususnya proses psikologis atau mental pembicara dan pendengar.
“Bahasa di media sosial agar digunakan lebih bijaksana, terutama tindakan-tindakan yang menimbulkan hal-hal yang negatif,” lulusan Magister Unhas tahun 1996 itu menambahkan.
Lulusan Doktor Sekolah Pascasarjana Unhas 2006 tersebut mengatakan, pengguna media sosial dalam berkomunikasi tentu sudah memiliki rangsangan sebelum memberitakan atau menayangkan sesuatu yang telah ditulisnya, Melalui proses mental dalam jiwa dan diteruskan ke otak apa yang dipikirkan itu ditulis atau diberitakan. Pendengar atau pembaca memproses apa yang didengarnya di otak, ditafsirkan berupa bunyi, kalimat, dan memaknainya.
“Pengguna memerlukan medsos untuk berkomunikasi guna memengaruhi lawan tuturnya dalam bentuk bahasa, seperti gaya bahasa, iklan, humor, kritik, ancaman, bahasa tidak santun, ‘bully’ (menganiaya, menggertak), dan pembentukan opini untuk menyerang lawan tutur. Akhirnya, lawan tutur mengalami gangguan kesehatan mental dan fisik,” tutur putri pasangan mendiang Drs.H.Ali Pabuddin, M.Pd.-Hj.Badji ini.