Sebab, menurut Agung, tak dapat dipungkiri, banyak juga yang iri, tidak suka, dan berupaya menghambat. Ada juga kelompok yang iri di kalangan Muhammadiyah sendiri yang merasa tak terakomodir.
Menurut Agung, Musywil juga merupakan media untuk konsolidasi, dan “saling mengintip” program dalam laporan masing-masing PDM, Majelis dan Lembaga, serta Amal Usaha, sekaligus saling memotivasi.
Muhammadiyah adalah organisasi berkelanjutan, maka perlu dipertahankan. Pengurus lama jangan diganti total. Pilih calon yang track record-nya baik, cari dan tanya pada orang yang tepat memberi informasi.
Agung Danarto menilai PWM adalah “mata air kader” yang mengaliri Indonesia Timur, bahkan Nasional, maka Musywil penting dilaksanakan untuk regenerasi, demi keberlanjutan pengkaderan yang selalu dibutuhkan persyarikatan.
“Saya berharap Musywil ke-40 Muhammadiyah kali ini menjadi Musywil “uswah” (Musywil teladan),” kuncinya. (*)