“Setiap kali memasukkan pakaian kotor untuk dicuci di Laundry Kuu, saya selalu menghitung jumlah lembarannya. Dan saat mengambil kembali pakaian-pakaiannya yang sudah dicuci seterika, saya menghitung lagi dan ternyata berkurang. Pernah juga ada pakaian yang robek dan pakaian yang terlepas kancingnya,” ungkapnya.
Anehnya, jelasnya lagi, ketika mengajukan komplain dan meminta pertanggung jawaban atas kerugian yang dialaminya, pihak pengelola laundry tidak mau bertanggung jawab. Bahkan terhadap pakaian yang rusak robek atau kehilangan kancingnya, terkadang pihak pengelola laundry justru balik menuduh jika pakaian kotor yang dimasukkan memang sudah rusak/robek atau kancing telah hilang.
Terhadap adanya pakaian yang hilang, pihak pengelola laundry hanya menjanjikan nanti akan dihubungi jika ada pelanggan lain yang mengembalikan pakaian bukan miliknya. “Jawaban itu membuktikan bahwa pihak pengelola mencuci pakaian konsumen tidak sesuai janjinya yang menyatakan pakaian konsumen dicuci tersendiri atau tidak dicampur dengan milik orang lain. Kan kalau dicuci tersendiri, tidak mungkin tercampur atau terbawa oleh pelanggan lain,” tukasnya.
Menurut wanita muda itu, bukan hanya dirinya yang mengalami hal tersebut, kakaknya juga pernah kehilangan pakaian yang dicuci di usaha Laundry Kuu. Karenanya dia berharap pihak pengelola usaha Laundry Kuu dapat lebih profesional dan bertanggung jawab dalam menjalankan usahanya tersebut. (*)