Memoar Haji Tahun 2017 (2) : Dari Indonesia, Bawa Kain Kafan

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Saya perkenalkan nama kepada mereka dengan singkat hingga mengetahui nenek yang tak bisa berjalan itu bernama Yasminah, dan nenek yang mendampinginya bernama Komiroh.
Akhirnya tibalah kami di Posko di dekat terminal Syieb Amir yang terlihat ramai lancar. Banyak dari mereka menuju Masjidil Haram untuk salat Isya berjamaah. Begitu tertib dan lancar, terlukis di wajah mereka pancaran kebahagiaan.

“Nenek dari mana kok cuma berdua ?,” saya bertanya kepada salah seorang dari mereka sambil menyodorkan dua buah teh botol sosro dan roti.

“Kami dari Kabupaten Padang, Nak. Tadi kami terpisah dengan rombongan saat tawaf. Nenek ini saudariku, dia tidak kuat berjalan jadi nenek yang menuntunnya pelan-pelan saat tawaf dan sai,” jawab nenek Komiroh.

“Nenek tinggal di hotel mana ?,” usut saya lagi. “Aduhh nenek lupa nama hotelnya, Nak. Tadi kami berangkat bersama-sama satu rombongan. Nenek tidak tahu nama hotel nenek,” sahut sang Nenek

“Oh begitu, saya lihat identitas Nenek ya. Nanti saya antar sampai ke hotel,” jawab saya lirih.
Saat itu saya memeriksa isi tas punggung warna biru bertuliskan Bank BRI, sembari mencari kertas identitas dan nomor bus.

“Ini apa Nek. Kok ada kain putih ini kain ihram atau kain kafan Nek ?,” iseng saya bertanya keheranan yang sebelumnya menduga bahwa itu adalah sehelai kain kafan.

“Iya nak, ini kain kafan yang kami bawa dari Padang. Kami sengaja mempersiapkan sejak dari rumah untuk di tanah haram ini, kain kafan ini sebagai bekal kami Nak, biar kalau kami meninggal di tempat ini, petugas tidak perlu susah payah mencarikan kain kafan. Biarlah mereka memakaikan kain kafan yang kami bawa. Kami ikhlas jika ajal menjemput kami di tanah haram ini. Kain kafan ini sebagai pengingat kami bahwa ajal manusia tidak ada yang tahu kapan datangnya. Kami bawa kain kafan ini setiap hari dan di mana pun kami berada. Cita-cita kami meninggal di tanah haram ini, Nak,” jawab Nenek Komiroh menjelaskan dengan bahasa Indonesia berlogat Sumatera. (Bersambung)

1
2
TAMPILKAN SEMUA
Baca juga :  Prajurit dan PNS Kodam XII/Tpr Peringati Hari Sumpah Pemuda ke-94 Tahun 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Pangdam XIV/Hasanuddin Letakkan Batu Pertama, Tandai Kebangkitan Ekonomi Kerakyatan di Sulsel

PEDOMANRAKYAT, GOWA – Semangat kemandirian ekonomi rakyat kembali digelorakan di Bumi Hasanuddin. Pangdam XIV/Hasanuddin, Mayjen TNI Windiyatno, menandai...

Rakor Triwulan III Tomoni Timur Fokus Bahas Kartu Lansia dan Jadwal Yasinan

PEDOMANRAKYAT, LUTIM — Pemerintah Kecamatan Tomoni Timur menggelar rapat koordinasi Triwulan III pada Jumat (17/10/2025). Salah satu agenda...

‎SMAN 4 Medan Buktikan Kelasnya di PORKOT 2025, Sebanyak 45 Medali Diborong, Jiwa Juara Menggelegar

PEDOMANRAKYAT, MEDAN - SMA Negeri 4 Medan kembali menorehkan tinta emas di ajang Pekan Olahraga Kota (PORKOT) Medan...

Yel-yel Paskibra Tomoni Timur Warnai Kemeriahan Sabtu Sehat Juara

PEDOMANRAKYAT, LUTIM — Kegiatan Sabtu Sehat Juara (SSJ) di Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur, kembali berlangsung meriah...